Gempa Turki-Suriah, Lebih dari 20.000 Jiwa Tewas dan Penyintas Alami Kedinginan

Tim SAR evakuasi warga dari balik reruntuhan akibat gempa di Turki. (Foto : Reuters)

Antv –Kedinginan, kelaparan, dan keputusasaan menghantui ratusan ribu orang yang telah kehilangan tempat tinggal setelah gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah. Jumlah korban tewas sudah melewati 20 ribu jiwa pada Kamis, 9 Februari 2023.

Keberhasilan menyelamatkan seorang anak laki-laki berusia 2 tahun setelah 79 jam terjebak di reruntuhan bangunan yang runtuh di Hatay, Turki, dan beberapa orang lainnya membangkitkan semangat di antara kru pencari yang dilanda kelelahan. Tetapi saat ini harapan semakin memudar untuk menemukan korban hidup diantara reruntuhan.

Seorang pejabat Turki mengatakan bencana ini menimbulkan ‘kesulitan yang sangat serius’ untuk penyelenggaraan pemilihan umum yang dijadwalkan pada 14 Mei 2023 mendatang.

Pada pemilu terrsebut Presiden Tayyip Erdogan diperkirakan akan menghadapi tantangan terberatnya.

Semetara itu di Suriah konvoi PBB pertama yang membawa bantuan untuk warga Suriah yang tertimpa musibah melintasi perbatasan dari Turki.

Di provinsi Idlib Suriah, Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak yang melarikan diri dari Aleppo setelah gempa, mengatakan, "Semuanya anak-anak di sini, dan kami membutuhkan penghangat dan persediaan makanan. Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Ini sangat dingin. sangat buruk."

Ratusan ribu orang di kedua negara telah kehilangan tempat tinggal di tengah musim dingin. Banyak yang berkemah di tempat penampungan darurat, tempat parkir supermarket, masjid, pinggir jalan atau di tengah reruntuhan, dan seringkali mereka sangat membutuhkan makanan, air, dan pemanas.

Korban tewas di Turki telah naik menjadi 17.406 jiwa, seperti dijelaskan Menteri Kesehatan Fahrettin Koca.

Sedangkan di Suriah, yang telah hancur akibat perang saudara selama hampir 12 tahun, lebih dari 3.300 orang tewas, seperti diungkapkan pemerintah dan layanan penyelamatan di barat laut yang dikuasai pemberontak.

Sumber: Reuters