Antv – Beredar video di media sosial Twitter memperlihatkan seorang ibu dan putrinya berusia dua tahun diselamatkan di Iskenderun setelah hampir 44 jam tertimbun reuntuhan gempa pertama melanda Provinsi Hatay, wilayah yang termasuk paling terkena dampak.
Dalam video terlihat di tenggara Provinsi Adiyaman, seorang anak diselamatkan dari puing-puing dan tak lama kemudian ibunya juga dibawa ke tempat aman.
Di Kota Kahramanmaras, Resul Serdar dari Al Jazeera merinci bagaimana penyelamat menyelamatkan seorang gadis berusia 14 tahun yang terjebak di bawah reruntuhan selama lebih dari 40 jam.
“Ketika tim penyelamat membawanya keluar, hal pertama yang dia katakana adalah,” tolong selamatkan ayah saya juga. Ayahnya sangat dekat dengannya dan dia juga masih hidup. Belakangan, pada malam hari, ayahnya juga ditarik keluar dari puing-puing, tetapi sayangnya dua anggota keluarga lainnya tidak dapat selamat,” ujar Serdar, seperti dikutip dari Aljazeera, Rabu (8/2/2023).
Peristiwa dramatis lainnya ada di Kota Jinderis, barat laut Suriah, yaitu penyelamat menemukan bayi menangis yang ibunya tampaknya telah melahirkan saat terkubur di bawah reruntuhan.
Tali pusar bayi yang baru lahir itu masih tersambung dengan ibunya Afraa Abu Hadiya yang sudah meninggal.
Gadis itu dibawa ke rumah sakit anak di Kota Afrin, Provinsi Aleppo. Di kota yang sama seorang gadis muda ditarik hidup-hidup dari bawah reruntuhan rumahnya oleh kelompok penyelamat the White Helmet.
Potret dramatis juga tergambarkan saat seorang ayah kehilangan putrinya. Potret sedih itu tergambar melalui foto yang dirilis Al Jazeera.
Seorang ayah memegang tangan putri remajanya yang meninggal terperangkap di bawah puing-puing bangunan yang rata dengan tanah di wilayah Kahramanmaras Turki.
Gempa magnitudo 7,8 pada Senin, 6 Februari 2022 beserta gempa susulan telah hadirkan kesedihan dan penderitaan.
Duduk di tengah puing-puing, Mesut Hancer memegangi tangan putrinya yang berusia 15 tahun yang terlihat dari bawah tumpukan beton di atas tubuhnya yang tak bernyawa.
Di dekat Hancer, penyelamat bekerja secara manual di antara reruntuhan. Demikian mengutip dari Al Jazeera.
Hal itu menjadi salah satu gambaran yang menakutkan yang muncul dari beberapa jutaan anak yang terperangkap dalam bencana gempa bumi di Turki dan Suriah.
Gempa Turki diikuti gempa kedua berkekuatan 7,6 jam kemudian dan lebih dari 100 gempa susulan.
UNICEF mengatakan, gambar dari begitu banyak anak yang terjebak dalam bencana itu “menyakitkan”.
“Bahwa gempa awal terjadi saat pagi, ketika banyak anak tertidur lelap, membuatnya semakin berbahaya, dan gempa susulan membawa risiko yang berkelanjutan,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
Lebih lanjut Ia menuturkan, hati dan pikirannya bersama anak-anak dan keluarga yang terkena dampak, terutama mereka yang kehilangan orang yang dicintai atau yang terluka.
“Prioritas utama kami adalah memastikan anak-anak dan keluarga yang terkena dampak menerima dukungan yang sangat mereka butuhkan,” ujar dia.
Unicef menyatakan, kerusakan sekolah, rumah sakit, dan fasilitas medis dan pendidikan lainnya kemungkinan akan berdampak lebih jauh pada kehidupan anak-anak.
Anak-anak di Suriah terus menghadapi salah satu situasi kemanusiaan paling kompleks di dunia setelah lebih dari satu dekade konflik dan krisis ekonomi yang memburuk.
“Penyakit yang ditularkan melalui air, termasuk kebangkitan kolera, membuat anak-anak dalam kondisi sangat rentan,” ujar UNICEF.
Informasi terkini diperoleh, korban meninggal akibat gempa bumi di Turki dan Suriah bertambah menjadi 11.000 dengan puluhan ribu orang terluka.