Antv – Kekerasan meletus di Peru pada Sabtu malam (4/2/2023) ketika para demonstran menghadapi polisi anti huru-hara di tengah gelombang protes terburuk dalam dua dekade di Peru.
Bentrokan berkobar ketika sekelompok pengunjuk rasa menyerbu jalan dan polisi anti huru-hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Boluarte, pemillihan awal baru, penutupan kongres, dan konstitusi baru.
Protes dimulai bulan Desember ketika presiden saat itu, Pedro Castillo digulingkan. Lebih dari 50 orang tewas akibat kerusuhan tersebut seperti dilansir REUTERS, Minggu (5/2/2023).
Awalnya, terfokus di pedesaan Peru, selatan pegunungan. Protes sejak itu semakin memanas di Ibukota.
Kongres Peru telah menolak untuk mempercepat jadwal pemilihan presiden ditengah kerusuhan. Anggota parlemen memberikan lampu hijau awal untuk memindahkan pemilihan dari 2026 menjadi 2024.
Tetapi, minggu itu menolak proposal untuk mengadakan pemilihan tahun ini. Sementara itu, Boluarte menegaskan dia akan tetap sebagai presiden sampai pemilihan diadakan.