Sebagai aktivis Lieus sangat menonjol bukan hanya karena sikap dan keberaniannya frontal menentang praktek penyimpangan penguasa. Tetapi juga karena ia keturunan Tionghoa. Jarang, kalau tak mau dikatakan tidak ada sama sekali aktivis Tionghoa secemerlang dia dari etnik Tionghoa.
Dia bahkan lebih Islami dibandingkan oranng Islam. Tahun lalu ketika mengetahui ada penentangan pembangunan masjid dari kalangan etnik Tionghoa di kompleks perumahan kami, dia langsung terjun ke lapangan. Lieus menghujat penentang sebagai pihak yang tidak tahu diri dan intoleran. Saat bertemu di acara diskusi Inilah.com air mukanya berseri mengucapkan selamat atas keberhasilan pembangunan Masjid At Tabayyun di komplek Taman Villa Meruya.
Lieus selalu tampil menyuarakan kebenaran di hampir berbagai kasus ketimpangan di negeri ini. Baik kesenjangan sosial, ekonomi, politik, dan penegakan hukum. Ia sudah berkali- kali merasakan penangkapan dan penahanan oleh pihak yang berwajib. Dari rezim pemerintahan Soeharto hingga pemerintahan Jokowi. Namun itu tidak membuatnya berhenti. Kelak yang betul -betul membuatnya bisa berhenti hanya Tuhan melalui serangan jantung semalam.
Coverstory Tabloid Cek&Ricek
Tabloid Cek&Ricek dengan coverstory tentang Hartati Murdaya baru beredar ketika saya mendapat informasi Lieus mengadu ke Polda Metro Jaya dengan membawa Tabloid C&R edisi itu. Saya berpikir Lieus mungkin memprotes isu utama mengenai dugaan skandal asmara pengusaha tajir yang juga merupakan tokoh umat Budha di Tanah Air. Maklum, Lieus juga tokoh umat Budha.
Saya pertama kali mengenalnya sewaktu dia menjabat sebagai Ketua Umum Gemabuddhi -organisasi generasi muda Budhis pada tahun 1985. Saya mengontak Lieus. Tawanya pecah di balik ponsel.
"Terbalik, Boss,"katanya disertai suara derai tawa.