Antv – Memasuki tahun politik jelang pemilihan presiden di tahun 2024, Partai Golkar melebarkan sayapnya dengan menggandeng Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, menegaskan keputusannya ini dibuat lantaran mengingat Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, sebelumnya telah bergabung dengan organisasi pendiri Partai berlogo pohon beringin itu, yakni Kosgoro 1957, pada konferensi pers yang diselenggarakan di DPP Partai Golkar, di Kawasan Slipi, Jakarta Barat (18/01/2023).
Airlangga menilai, Emil sebagai tokoh masyarakat Jawa Barat telah memenuhi kriteria partai dan memiliki pemahaman ideologis yang sama dengan Partai Golkar.
Dan dengan Masuknya Emil sebagai kader, diharapkan mampu menggalang suara pemilih guna memenangkan Pemilu 2024.
"Keberadaan Kang Emil akan memperkuat Golkar tidak hanya di Jawa Barat, tetapi kita tugas dari Kang Emil adalah lebih luas dari itu, yaitu selaku Kocher Badan Pemenangan Pemilu," pungkas Airlangga.
Sementara itu, Emil menjelaskan masuknya di partai berjaket kuning itu adalah sebagai salah satu satu upaya untuk terus berhikmat kepada masyarakat untuk membangun Indonesia.
Emil pun menilai Partai Golkar adalah partai yang terus konsisten sebagai simbol partai tengah yang tetap pancasilais dan partai terbuka.
"Partai Golkar juga saya baca sejarahnya dan konsisten sampai hari ini selalu fokus membangun, membangun kekaryaan progresif, nah itu mah saya banget kira2 gitu ya, saya orangnya ngga bisa diem, inginnya membangun membereskan yang semrawut, meluruskan yang bengkok, dengan ikhtiar2 dan saya lihat sejarahnya membuktikan itu," ujar Kang Emil.
Sebelum menyatakan akan bergabung Golkar, Ridwan Kamil telah beberapa kali bersinggungan dan mendapat dukungan oleh parpol lain di karier politiknya.
Berikut catatan singkat perjalanan politik pria yang biasa disapa Kang Emil itu.
Perjalanan politik Emil dimulai pada 2013 saat maju Pilwalkot Bandung bersama Oded Muhammad Danial. Keduanya mendapat dukungan dari Partai Gerindra dan PKS.
Meski semula maju lewat independen, Gerindra dan PKS mantap mendukung RK. Namun, Ridwan Kamil tetap memutuskan tidak bergabung ke partai mana pun kala itu.
Menjelang akhir jabatan sebagai Wali Kota atau menjelang Pilkada Jawa Barat, hubungan Ridwan Kamil ke Gerindra merenggang. Penyebabnya adalah Ridwan Kamil menerima pinangan dan dan syarat dari NasDem.
Maju Pilgub dari Nasdem, PPP dan PKB, Tanpa Gerindra
Jelang Pilkada Jabar di 2017, Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate mengatakan, saat ini sudah ada 2 partai lain yang mendukung Ridwan Kamil. Kedua partai itu, yakni PKB dengan 7 kursi dan PPP dengan 9 kursi. Bila dijumlahkan total 21 kursi.
"Total 21 kursi DPRD yang memenuhi syarat minim 20 kursi," kata Johnny di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Senin, 11 September 2017.
"Nanti parpol akan mendukung secara formal," imbuh dia.
Sejak mengusung Ridwan Kamil, Nasdem langsung mengikat dengan 3 syarat utama. Yang dirasa kurang pas oleh partai lain, yakni syarat tidak boleh menjadi anggota parpol mana pun.
Padahal, kontestasi Pilkada merupakan bagian dari lobi politik antar partai politik untuk melahirkan calon kepala daerah yang mengabdi pada masyarakat.
Johnny berdalih, syarat ini justru akan memudahkan Ridwan Kamil dalam menjalin komunikasi dengan partai manapun ketika menjabat nanti.
"Dengan demikian, diharapkan Pak Ridwan Kamil lebih mudah menjalin komunikasi dengan forum komunikasi Pemda dan DPRD setempat yang terdiri dari berbagai unsur parpol," ucapnya saat itu.