Antv –Peru telah memperpanjang keadaan darurat untuk satu bulan lagi di ibu kota Lima dan dua wilayah bagian selatan. Wilayah tersebut telah dilanda aksi protes terhadap pemerintah dimana telah memicu kekerasan yang termasuk terburuk negara itu dalam 20 tahun terakhir.
Peru pertama kali mengumumkan keadaan darurat nasional selama sebulan pada pertengahan Desember, tak lama setelah demonstrasi pecah atas penggulingan mantan Presiden sayap kiri Pedro Castillo.
Pedro digulingkan karena telah berusaha membubarkan Kongres dan memerintah melalui dekrit. Lebih dari 40 orang tewas dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan sejak awal Desember 2022.
Tindakan penerapan statsus darurat diperpanjang yang ditandatangani oleh Presiden Dina Boluarte pada Sabtu malam, 15 Januari 2023. Status darurat memberikan wewenang khusus kepada polisi dan membatasi kebebasan termasuk hak untuk berkumpul.
Status darurat itu berlaku di ibu kota Lima dan wilayah selatan Puno dan Cusco. Wilayah Punu dilanda aksi protes dengan korban jiwa mencapai hampir 20 orang. Pembatasan aktivitas warga mencakup jam malam selama 10 hari.
Dalam pawai unjuk rasa di Lima pada hari Sabtu 14 Januari 2023, pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional merah putih di samping spanduk berbingkai hitam sebagai tanda berkabung.
Mereka juga mengecam Boluarte, mantan wakil presiden Castillo, yang sehari sebelumnya telah meminta maaf atas kematian akibat bentrokan tersebut sambil menyerukan penyelidikan .
"Dia munafik," kata pengunjuk rasa Tania Serra, berbicara di tengah teriakan massa, yang sempat berdesak-desakan dengan polisi yang dilengkapi perlengkapan anti huru hara.
"Dia bilang maaf, maaf, tapi dia tidak keluar untuk berbicara, dia mengirim polisi, militer untuk membunuh,” lanjut Tania.
Para pengunjuk rasa menuntut Boluarte mundur, dan Castillo yang ditangkap karena dinilai melakukan pemberontakan untuk dibebaskan.
Sumber: Reuters