Hasil Poligraf Berbohong, Putri Beralasan Saat Pemeriksaan Merasa Tertekan

Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di PN Jakarta Selatan. (Foto : Viva)

"Saya menangis karena di dalam ruangan itu hanya ada 2 orang pria, saya harus ceritakan peristiwa KS (kekerasan seksual) yang saya alami tanpa didampingi oleh psikolog atau wanita di dalam ruangan," kata Putri.

"Dan saat itu saya hanya bisa menangis tetapi diminta untuk melanjutkan. Dan saya melanjutkan karena saya takut dibilang tidak kooperatif dalam pemeriksaan," sambung dia.

Hasil poligraf terhadap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, terindikasi berbohong terkait dengan peristiwa pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Hal tersebut diungkap Aji, saat dihadirkan menjadi saksi untuk 5 terdakwa, Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada E, Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu, 14 Desember 2022.

Mulanya, Aji menjelaskan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) bahwa pemeriksaan tes poligraf akan semakin mudah jika terperiksa memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebab, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang membuktikan orang tersebut semakin kooperatif.

"Semakin mudah dilakukan pemeriksaan. Jadi kalau pemeriksaan poligraf, semakin tinggi tingkat pendidikannnya semakin mudah, karena semakin kooperatif," ujar Aji di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

"Hasilnya pasti lebih bagus kalau pandai?" tanya JPU.

"Siap," kata Aji.