"Sesaji raja wida telah dilakukan turun temurun ratusan tahun yang lalu. Bahkan sebelum Mataram berdiri sudah ada," terang Gusti Moeng.
Dalam tradisi ini, imbuh Gusti Moeng, dilakukan pembacaan riwayat Wilujengan Nagari, kemudian doa dari tiga agama, yaitu Buddha, Hindu, Islam, yang dulu diprakarsai Sunan Bonang saat di Kerajaan Demak, sedang diterpa bencana.
"Sesaji Negari wujudnya untuk seluruh rakyat Indonesia agar terhindar dan dijauhkan dari bencana. Seluruh rakyat bila ada kesalahan semoga diampuni Allah,"jelas Gusti Wadansari.
Lebih lanjut Gusti Wandasari mengatakan kegiatan Wilujengan Nagari Mahesa Lawung digelar pada Kamis 29 Rabiulakhir kalender Jawa yang ditetapkan oleh PB II setelah 100 hari beliau bertahta di desa Sala.
Sementara menurut Ketua Lembaga Hukum Kraton Surakarta KPH Eddy Wirabhumi, Mahesa lawung ini dimaknai sebagai bagian dari peringatan bahwa kita ini sebagai manusia ciptaan Tuhan , harus senantiasa menjaga harmoni kehidupan.
"Kita hidup tidak membeda bedakan,saling menghormati perbedaan yang ada sebagai bagian dari kebesaran Tuhan," jelas KPH Eddy.
Lebih lanjut Kanjeng Eddy mengatakan, bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian tradisi adat budaya yang harus terus dijaga.