Tergiur STB Murah, Seorang Nenek Kena Hipnotis, Perhiasan Senilai Rp10 Juta Raib

Tergiur Harga Murah STB, Seorang Nenek Kena Hipnotis (Foto : antvklik-Arief Budiaman)

AntvTergiur dengan kredit alat Set Top Box yang hanya Rp2 ribu per-hari, seorang nenek di Cengkareng Timur, Jakarta Barat, justru menjadi korban hipnotis yang dilakukan oleh tiga orang wanita.

Bukannya mendapat alat penerima sinyal digital STB, sang nenek justru kehilangan sejumlah perhiasan emas senilai Rp10 juta.

Sang Nenek yang bernama Ruminah (63) memang benar=nbenar ketimpa nasib malang akibat terbuai dengan omong kosong yang keluar dari mulut trio emak-emak.

Mereka membujuk Ruminah agar mau dipasang Set Top Box (STB) di rumahnya.

Ruminah mengaku ia termakan bujuk rayu trio emak-emak berjilbab itu lantaran mereka terlihat serius menerangkan produk STB.

Penampakan Tiga Pelaku saat Bergentayangan Cari Korban. (Foto: antvklik-Arief Budiaman)

"Mereka terkesan serius. Saya percaya karena emak-emak itu sampai bilang sumpah demi Allah," katanya saat ditemui di rumahnya Kampung Pedongkelan Depan, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Kamis (10/11/2022).

Anak Ruminah, Rojali (43) juga ikut termakan omong kosong si emak-emak itu. Ia mendengar sendiri penjelasan trio pelaku itu.

"Dia (emak-emak itu) ngomong meyakinkan sekali. Ibu saya sempat ngomong "Ini nanti tipu saya lagi". Dia bilang 'enggak, katanya demi Allah'," tambahnya.

Lebih lanjut Rojali, ketiga pelaku mengenakan jilbab, memakai masker dan membawa tanda pengendal. Salah satunya menenteng buku kredit.

Menurut Rojali, emak-emak yang memakai baju hijau, sering berbicara ketimbang dua temannya.

"Yang baju hijau ngomong terus. Yang nepak ibu saya (hipnotis) juga warna hijau," kata Rojali.

Ruminah lantas menceritakan ihwal apes yang menimpanya bermula saat bertemu dengan ketiga ibu-ibu berjilbab saat berkunjung ke rumah saudaranya di RT 003.

Mereka menawari pemasangan set top box (STB) di rumah kepada Ruminah.

Tak hanya Ruminah, beberapa nama tetangganya dicatat untuk pendaftaran kredit pemasangan STB.

Rojali (45) turut mendengar penjelasan dari ketiga emak-emak itu bahwa bisa kredit pemasangan STB sebesar Rp2 ribu per hari selama 10 bulan.

"Harga aslinya Rp300 ribu. Kalau harga kredit Rp540 ribu kalau lancar. Dipikir murah Rp2 ribu per hari," ujarnya.

Ruminah bersedia untuk mencicil STB karena cicilan yang ringan. Namun, dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp800 ribu dan cincin sebagai jaminan di awal.

 

Nenek Ruminah, Korban Hipnotis. (Foto: antvklik-Arief Budiaman)

 

Mereka berdalih agar atasannya percaya dan sebagai tanda Ruminah serius mencicil.

"Terus mereka pesen mie ayam lima porsi karena saya ada di dekat ibu saya. Mungkin untuk mengalihkan perhatian kali ya. Karena saya dagang mie ayam di depan," lanjutnya.

Setelah ditinggal Rojali membuat mie, Ruminah saat itu hanya sendirian bersama ketiga tamunya. 

Sebab, saat itu suasana jelang magrib, banyak warga sekitar yang hendak salat.

Ruminah hendak mengambil air wudhu untuk salat, tetapi salah satu dari mereka memintanya membuatkan lima gelas kopi.

"Ditepak punggung saya, pesen kopi lima gelas. Saya bikinin tapi abis itu sudah enggak sadar setelah ditepuk," cerita Ruminah.

Ruminah mengaku baru sadar setelah salat magrib.

Beberapa perhiasan yang dipakainya lenyap seperti sebuah gelang seberat 10 gram, dua cincin 3 gram dan 1,5 gram dengan total 14,5 gram.

Bila dinominalkan, Ruminah kehilangan sekitar Rp9 jutaan. 

"Kalau dinominalkan sekitar Rp 9 jutaan plus duit jaminan (Rp 800 ribu). Yah kurang lebih ibu saya kehilangan Rp 10 jutaan," kata Rojali.

Ketiga emak-emak itu kemudian berjalan ke arah depan diantarkan menantu Ruminah.

Mereka beralasan mau mengambil alat STB di depan.

Namun, di tengah jalan, menantu Ruminah diminta berhenti menunggu.

"Di tengah perjalanan dekat Saung Hawa, satu orang berhenti sementara dua orang lainnya jalan. Yang satu masih tinggal terus bilang 'teteh sini dulu ya biar saya nyusul temen saya". Yaudah selang beberapa menit ditungguin enggak balik. Waduh sayang bilang ini mah penipuan," pungkas Rojali.

Rojali mengaku belum melaporkan kejadian ini ke Polsek Cengkareng.