Dari seluruh pasien, dokter menyebut hanya empat anak yang telah mendapat suntikan vaksinasi Covid-19, lantaran anak lain usianya belum mencukupi untuk mendapat dosis vaksin. Di luar kesamaan tersebut, Sanjaya menyebut belum ada temuan lain, saat dilakukan skrining, pihaknya tak menemukan gejala kelainan bawaan, termasuk mengarah kepada penggunaan obat-obat tertentu.
”Rata-rata mereka sehat yang cuma batuk, pilek, muntah, diare, tapi tanda dehidrasinya tidak sesuai dan ada gangguan kencing, bahkan tidak kencing sampai 24 jam, kadang orang tua merasa anaknya baik-baik saja,” terang Sanjaya.
Dari 17 pasien di RSUP Ngoerah didominasi balita dan empat pasien dengan usia di atas enam tahun. Sebanyak 11 di antaranya meninggal dunia, satu anak melakukan perawatan, dan lima lainnya sudah dapat beraktivitas dan menjalani pemeriksaan rutin.
”Rata-rata meninggal dalam keadaan fungsi ginjal sangat terminal, yang kita sebut gagal ginjal akut, susah kalau sudah keadaan itu. Laju filtrasi glomerulus normalnya di atas 90 ml/menit/1,73 meter kuadrat sedangkan mereka datang di bawah 15 ml/menit/1,73 meter kuadrat,” papar Sanjaya.
Di tengah maraknya kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang ratusan anak di Indonesia secara mendadak, Sanjaya menekankan bahwa penyakit itu berbahaya.
”AKI angka kematiannya cukup tinggi, makanya perlu waspada mendeteksi sedini mungkin. Kalau ada gejala infeksi saluran cerna dan tidak kencing harus segera diperiksa, karena akan berdampak berat kalau harus cuci darah sampai terminal berat bisa meninggal,” tandasnya.