Antv – Harga kedelai di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terus melambung tinggi hingga mencapai Rp13.000 per kilogramnya.
Akibatnya, para perajin tempe terpaksa perkecil ukuran dan mengeluh penurunan omset hingga 50 persen.
Berbagai cara dilakukan oleh perajin tempe di Desa Campursari, Kecamatan bulu, Temanggung, Jawa Tengah, untuk bisa tetap memproduksi tempe setiap harinya. Selain mengubah ukuran tempe menjadi lebih kecil, para perajin ini juga mengurangi jumlah produksi dari sebelumnya 70 kilogram, menjadi 40-50 kilogram per hari.
Hartini, salah satu perajin tempe yang memiliki empat karyawan, terpaksa tetap harus membuat tempe, karena tak memiliki penghasilan lain.
Selain itu, mereka tak ingin kehilangan pelanggan di pasaran meski harus menanggung untung yang tipis.
Dalam satu bungkus tempe dijual dengan harga Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) dengan isi 10 lembar tempe.
Atas kenaikan tersebut dirinya mengaku terjadi penurunan omzet hingga 50 persen.
“Ya pendapatanya jelas turun mas, sekitar lima puluh persen turunya. Mau ga mau ya saya perkecil uuranya, kalo masih pakai ukuran semula tapi harganya tidak naik nanti ya rugi banyak, sekarang harganya tetap, tapi saya perkecil ukuranya," kata Hartini perajin tempe.
Kondisi ini diperparah dengan kenaikan harga penunjang pembuatan tempe lainnya seperti pengikat tempe, bahan bakar kayu, daun pisang dan kertas pembungkus naik sebesar Rp3.000 hingga Rp7.000 per-kilogramnya.
Harga kedelai di Temanggung saat ini mencapai Rp13.000 per kilogramnya.
Selain mahal, kedelai juga mulai sulit dicari. Para perajin tempe rumahan berharap kepada pemerintah dapat segera mengatasi melonjaknya harga kedelai agar para perajin tempe ini tetap bisa bertahan.
Jika kondisi ini tak segera diatasi, para perajin tahu dan tempe terancam gulung tikar.