Divisi Humas Mabes Polri menggelar Forum Group Disscusion (FGD) di Pondok Pesantren (Ponpes) Asyurkati, Jalan Diponegoro Salatiga. Kegiatan ini untuk memberi pemahaman kepada para santri, agar menjauhi paham radikalisme dan intoleransi. Ketua Tim Divisi Humas Mabes Polri AKBP Gatot Hendro Hartono mengatakan kegiatan bertema “Terorisme Adalah Musuh Bersama” diselenggarakan dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme dan intolereransi khususnya di lingkungan lembaga pendidikan maupun pondok pesantren.“FGD kali ini digelar di Pondok Pesantren Asyurkati dan menghadirkan seorang nara sumber yang kompeten bicara soal Radikalisme dan Intoleransi,” kata Gatot, Rabu (12/02/22).Dipandu Ustad Didin selaku Pengasuh Ponpes Asyurkati, kegiatan diisi dengan pemaparan dari nara sumber, Nassir Abbas.Dalam paparannya, Nassir Abbas dalam menyampaikan bahwa dirinya bukan asli orang Indonesia namun dari Singapura, kemudian dirinya menjadi Warga Negara Malaysia.Lebih lanjut kata Nassir Abbas, sekitar 35 tahun yang lalu dirinya berhenti sekolah setelah lulus SMP, dan ingin belajar Al-Quran di sebuah masjid yang sangat cocok untuk dirinya, akibatnya pendidikan dirinya tidak lengkap.Selanjutnya saya berkenalan dengan Ustadz Abu Bakar Baasyir dan mengirim saya ke Afghanistan, untuk melaksanakan jihad sesuai dengan ajaran yang saya kenal.Semuanya sudah disiapkan, jelas Nassir, namun setelah disana justru saya disuruh masuk sekolah kembali, untuk belajar dalam rangka mempersiapkan diri membentuk negara Islam, hingga saya lulus tahun 1990 dan menjadi pengajar di sana.Kemudian, Kata Nassir, saya aktif sebagai Ketua Kelompok Jamaah Islamiyah Wilayah Timur termasuk menguasai wilayah Indonesia.“Kelompok saya ini yang merencanakan tindakan melawan pemerintah (Indonesia), namun pada akhirnya aksi mereka menyimpang sehingga terjadilah aksi terorisme, seperti pengeboman gereja dan tindakan tindakan pengeboman lainnya,” kata Nassir Abbas.Nassir menambahkan, Syukur Alhamdulillah melalui Polisi Pada 18 April 2003, saya tertangkap daalam keadaan hidup. kemudian saya menyadari bahwa saya salah dan sekarang ikut membantu Polisi dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme karena terorisme adalah musuh kita bersama.“Hikmahnya saya menyadari bahwa memang ada kelompok yang mengatasnakan Islam untuk melawan pemerintah, yang sah di Indonesia, padahal apa yang mereka lakukan di Indonesia menyalahi aturan jihad, misalnya membunuh wanita, membunuh anak-anak, membunuh lawan yang tanpa perlawanan dan merusak tempat ibadah lain, namun kelompok2 tersebut melakukan itu semua,” paparnya.“Perbuatan yang diridhoi Allah adalah niat baik dan sesuai tuntunan, niat jihad baik namun dengan apa yang mereka dilakukan dengan cara pengeboman dan lain-lain itu tidak baik,” terangnya.Lebih lanjut Nassir menegaskan, saat ini siapa saja bisa direkrut oleh mereka sehingga perlu kita membentengi diri yaitu dengan cara belajar yang benar, agar tidak ikut sana ikut sini tanpa pengetahuan yang cukup, sehingga mudah terpengaruh hal yang tidak baik seperti kelompok terorisme.“Untuk itu saya berharap sebagai generasi penerus bangsa tetaplah belajar sampai selesai, ditempat yang baik, jangan mudah terpengaruh dan terbawa arus, tidak termakan hoax, merasa beruntunglah hidup di Negara Indonesia dengan Pancasila yang sangat sesuai dengan ajaran agama Islam,” urainya.Sementara Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana menyampaikan bahwa kegiatan FGD yang dilaksanakan oleh Divhumas Mabes Polri sangat baik untuk menumbuhkan "Wawasan Kebangsaan dan Bangga menjadi Bangsa Indonesia", sehingga dapat menangkal berkembangnya paham radikalisme yang menjadi pemicu terjadinya Aksi Terorisme.
Cegah Paham Radikalisme, Polri Gelar Forum Diskusi di Ponpes Asyurkati
Kamis, 14 April 2022 - 13:19 WIB