Kuramasan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kampung Adat Miduana Cianjur

Kuramasan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kampung Adat Miduana Cianjur (Foto : )

Setiap daerah memiliki tradisi dan keunikan tersendiri dalam menyambut bulan suci Ramadan. Seperti di Kampung Adat Miduana, Cianjur, ada tradisi Kuramasan atau kegiatan keramas massal di Sungai Cipandak. Menurut Ketua Lokatmala Foundation, Wina Rezky Agustina, yang juga pendamping Warga Adat Miduana, dalam tradisi mandi besar Kuramasan ini, warga mendatangi Sungai Cipandak, sehari menjelang puasa.“Satu hari jelang puasa, Warga baik sendiri maupun berkelompok, sejak pagi hingga waktu dzuhur mendatangi Sungai Cipandak,” kata Wina.Mereka juga sekaligus membersihkan sungai dari sampah dan mengangkatnya ke pinggir sungai, semuanya dilakukan secara gotong-royong penuh kegembiraan.“Sebelum prosesi mandi massal ini, warga adat memanjatkan niat dan doa yang dipimpin oleh pemimpin adat setempat lalu dengan tanpa harus membuka pakaian mereka turun ke Sungai Cipandak. Setelah acara selesai biasanya ada kegiatan makan bersama atau istilah mereka "mayor" di tepi sungai,” kata Wina yang juga beroprofesi sebagai koreografer ini.Menurut Wina, kearifan lokal di Kampung Adat Miduana, banyak hal yang sangat menarik. Diantaranya kesiapan mental dan spiritual warga menyambut dan menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan.Bagi warga adat Miduana, kata Wina,  Ramadhan adalah bulan yang sangat sakral dan agung. Bulan yang tepat untuk melakukan pembersihan diri lahir batin agar ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa semakin meningkat.“Dari tradisi mandi Kuramasan ini saja kita belajar tentang pentingnya membersihkan diri lahir batin, memulai sesuatu dengan niat yang baik dan persiapan yang paripurna, selalu memelihara kekompakan, serta peduli sesama. Sehingga pada saat saum Ramadhan dilakukan bantin sudah bersih, mental sudah siap semata-mata hanya untuk memfokuskan kepada ibadah,” jelas Wina.Kegiatan seni budaya dan tradisi warga Kampung Adat Miduana di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kini semakin dikenal publik, termasuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.“Semua ini tak lepas dari pendampingan kegiatan seni budaya yang dilakukan Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia atau Lokatmala Foundation dalam beberapa bulan terakhir,” ujar Wina.Lebih lanjut Wina menambahkan Lokatmala Foundation mendorong upaya revitalisasi kampung adat ke berbagai pihak termasuk pemerintah karena berbagai seni budaya, tradisi dan adat kesundaan di wilayah itu terancam punah, bila tidak segera mendapat perhatian semua pihak.Pemkab Cianjur sendiri kini tengah berupaya membangun berbagai fasilitas pendukung termasuk menerbitkan regulasi atas keberadaan Kampung Adat Miduana tersebut agar tetap lestari.Disebutkan Wina, Kedusunan Miduana merupakan sebuah perkampungan yang masih berpegang teguh pada tradisi kesundaan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.Dusun tersebut terhampar dalam areal 1041 HA persegi, meliputi 11 rukun tetangga (RT) dan 4 rukun warga (RW) yang dihuni oleh 280 kepala keluarga (KK) terdiri dari 557 laki-laki dan 650 perempuan atau sekitar 1.207 jiwa.Seluruh mata pencaharian warga Kampung Adat Miduana masih mengandalkan sektor pertanian dan masih kukuh menjalankan ‘tetekon’ atau aturan tradisi tata kelola pertanian yang dijalankan secara turun-temurun.Meskipun kini ada di antara penduduk yang selain bertani juga berusaha di sektor lain untuk meningkatkan kesejahteraanya seperti berdagang dan membuka usaha kecil lainnya. Deni Hendra I Cianjur, Jabar