Ilmuwan Ungkap Alasan Mengapa Menguap Itu Menular

Ilmuwan Ungkap Alasan Mengapa Menguap Itu Menular (Foto : )

Sejumlah ahli menyebut bahwa beberapa alasan mengapa menguap itu menular adalah karena perubahan suhu otak, dan adanya kecenderungan perilaku meniru pada manusia.  Menguap adalah refleks primitif yang tidak hanya dilakukan oleh manusia saja, namun juga oleh hewan. Dilansir dari Reader’s Digest, burung, reptil, mamalia, dan bahkan beberapa hiu bisa menguap.  Biasanya, ketika satu orang menguap, orang lainnya pun bisa ikut menguap, sehingga banyak orang berpikir jika menguap itu menular. Meski dikaitkan dengan rasa ngantuk, menguap tidak hanya terjadi saat kita merasa lelah. Para ilmuwan menduga alasan kita menguap sangat berkaitan dengan suhu otak kita.  Menguap membawa udara, yang dapat digunakan tubuh kita untuk mendinginkan atau menstabilkan suhu otak. Studi sebelumnya pada manusia menunjukkan bahwa menguap lebih sering terjadi di suhu panas dan lebih jarang ketika suhu lebih dingin. Para ilmuwan mengamati bahwa orang cenderung menguap ketika mereka lelah atau bosan. Penyebabnya, karena otak mereka melambat akibat kelelahan atau kurangnya rangsangan.  Hewan dengan otak yang lebih besar cenderung menguap untuk waktu yang lebih lama. Hal ini mungkin karena hewan tersebut menghirup lebih banyak udara untuk mendinginkan otak yang lebih besar.  Menguap juga menekan otot-otot wajah dan mendorong darah yang kaya oksigen ke otak. Saat kucing atau anjing menguap, mereka akan sering melakukan peregangan pada saat yang bersamaan. Peregangan ini membangunkan tubuh dan otak melalui gerakan dan kompresi jaringan dan otot. Ini adalah fakta yang terbukti secara ilmiah bahwa menguap itu menular, dan ada beberapa alasanya. Rupanya, hal ini berkaitan dengan perilaku meniru. Melihat orang lain menguap, memicu kita untuk menguap juga karena kita berada di lingkungan yang sama, terpapar suhu dan rangsangan yang sama. Sebagai makhluk sosial, kita cenderung meniru tindakan orang lain. Naluri primitif ini terjadi  untuk menciptakan ikatan sosial.  Ada perilaku lain yang termasuk dalam kategori meniru ini, seperti tertawa, tersenyum, atau menggaruk. Semuanya berasal dari naluri di otak kita. Studi lain menunjukkan bahwa orang yang memiliki lebih banyak empati cenderung ketularan menguap setelah melihat orang lain menguap.  Faktanya, hanya manusia dan beberapa hewan cerdas yang bisa ketularan menguap. Ini memperkuat teori bahwa hal tersebut terjadi karena adanya ikatan.  Kebanyakan peneliti kemudian sepakat soal kecenderungan seseorang bisa ketularan menguap, dan salah satu penyebabnya adalah rasa empati dan adanya ikatan.