Hasil penelitian psikologis mengungkap bahwa pandemi Covid-19 terbukti berdampak buruk pada kesehatan mental anak-anak. Penelitian psikologis anak membuktikan bahwa satu dari empat remaja di seluruh dunia harus menghadapi gejala depresi yang lebih tinggi selama pandemi Covid-19. Selain itu, satu dari lima remaja harus menghadapi peningkatan kecemasan.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pandemi telah melipatgandakan gejala depresi dan kecemasan yang terjadi pada anak-anak.Perubahan pola hidup yang harus dilakukan selama pandemi membuat anak-anak merasakan dampaknya. Anak harus melalui pembelajaran virtual yang melelahkan, menghilangkan kegiatan ekstrakurikuler atau aktivitas di luar ruangan dan tidak bertemu dengan teman-temannya di sekolah.Selain itu, anak juga mendapatkan imbas karena terpaksa hidup dengan anggota keluarga dan masyarakat yang sedang dilanda kecemasan dan rasa gelisah berkepanjangan.Riset kolektif ini diambil dari informasi dan data dari 29 penelitian independen yang mengamati lebih dari 80.000 anak di seluruh dunia. Objek penelitian tersebar di Asia, Eropa, Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Disebutkan pula, remaja dan anak perempuan yang lebih tua menjadi pihak yang paling menderita selama pandemi. Penyebabnya, fase ini seharusnya menjadi momen dan tahap perkembangan untuk mendapatkan kemandiriannya. Namun kondisi pandemi membuat hal tersebut tidak mungkin terwujud. Mereka terpaksa harus melakukan sejumlah penyesuaian yang berdampak pada kondisi emosionalnya.Sheri Madigan, salah satu peneliti yang terlibat mengatakan, ketika pandemi dimulai, rata-rata orang tahu bahwa itu akan sulit pada awalnya. Akan tetapi, dunia menyesuaikan diri dengan konsep new normal termasuk pada anak-anak yang juga beradaptasi sehingga dianggap baik-baik saja.
Pandemi Covid-19 Terbukti Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental Anak-anak
Jumat, 13 Agustus 2021 - 12:58 WIB