Para ahli mengatakan bahwa mutasi virus corona terus bermunculan dikarenakan sifat virus yang akan terus bermutasi seiring berjalannya waktu. Mutasi virus corona terus bermunculan dan menimbulkan kekhawatiran akan efek pandemi yang lebih panjang. Yang terbaru adalah kemunculan varian Eek yang menghebohkan Jepang, dan kini juga telah ditemukan di Indonesia.Robert Bollinger, Profesor Penyakit Menular Raj dan Kamla Gupta dari John Hopkins University, Baltimore, Maryland, megatakan bahwa mutasi terjadi saat ada perubahan pada gen virus.“Pemisahan geografis cenderung menghasilkan varian yang berbeda secara genetik,” kata dia, dikutip dari Hopkins Medicine, Selasa (6/4/2021).Ia mengaku tidak kaget dengan kemunculan berbagai mutasi corona ini, karena merupakan hal yang wajar di dunia medis. Pasalnya, semua virus bermutasi seiring waktu, dan bahkan bisa lebih cepat karena berbagai faktor. Karena itu pula, vaksin apa pun terus diperbarui agar tetap efektif.Stuart Ray, Vice Chair of Medicine for Data Integrity and Analytics dari John Hopkins Medicine mengatakan, mutasi virus bisa memberikan tantangan pada vaksin yang kini tersedia.Sejumlah penelitian membuktikan, respons imun vaksin bisa menjadi kurang efektif terhadap beberapa strain baru. Meski demikian, bukan berarti vaksin tidak lagi bermanfaat. Sehingga, orang yang telah menerima vaksin sekalipun harus tetap menjalankan protokol kesehatan.Laporan CNBC menyebut bahwa semakin banyak orang yang terinfeksi, semakin meningkatkan peluang akan jumlah mutasi yang muncul.Dr. Adam Lauring, pakar penyakit menular di Universitas Michigan di Ann Arbor menguraikan bahwa mutasi adalah proses virus untuk mencapai inang, guna memperbanyak diri. Di sisi lain, virus corona cenderung bermutasi lebih lambat daripada virus lain karena memiliki enzim “proofreading” yang “memperbaiki” beberapa perubahan saat bereplikasi.Namun pada kasus mutasi Eek, virus kemudian bertemu populasi dengan kekebalan yang lebih tinggi, baik karena vaksin atau antibodi yang sudah terbangun. Proses ini kemudian menghasilkan mutasi baru, baik yang lebih lemah atau lebih berbahaya dari sebelumnya.Sementara itu, riset lain menunjukkan bahwa mutasi yang lebih berbahaya bisa datang dari orang kategori immunocompromised. Istilah ini merujuk pada orang dengan kondisi khusus yang ada kaitannya dengan imun tubuh.Dr. Dennis Burton, Ketua Imunologi dan Mikrobiologi dari Scripps Research Institute di Amerika Serikat, mengatakan hal ini terjadi karena virus bertahan lebih lama dari tubuh. virus mendapat kesempatan mencari tahu lebih banyak dan bermutasi dalam proses pembersihan di tubuh berimun rendah itu.“Jika seseorang terkena virus dan membersihkannya dalam beberapa hari, tidak ada banyak kesempatan untuk bermutasi, sebaliknya jangka waktu yang lebih banyak mempunyai lebih banyak kesempatan bermutasi,” kata dia.
Para Ahli Ungkap Alasan Kenapa Mutasi Virus Corona Terus Bermunculan
Rabu, 7 April 2021 - 12:32 WIB