Presiden Brasil Dukung Massa Penyerbu Gedung Capitol AS

Presiden Brasil Dukung Massa Penyerbu Gedung Capitol AS (Foto : )

Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali menyatakan dukungannya terhadap Presiden Donald Trump dengan menyetujui aksi penyerbuan ke Gedung Capitol AS. Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali menyatakan dukungannya terhadap Presiden Donald Trump. Dilansir dari Reuters , Kamis (7/1/2021) Bolsonaro yang dikenal sebagai pengagum Trump itu, merupakan salah satu pemimpin dunia yang terakhir mengakui kemenangan presiden terpilih AS, Joe Biden.Terkait penyerbuan massa pendukung Trump ke gedung Capitol, pada Rabu (6/1/2021), Bolsonaro mengatakan dia telah mengikuti berita soal penyerbuan yang berusaha membalikkan kekalahan Trump pada pilpres 3 November lalu. Aksi ini memaksa anggota parlemen untuk mengungsi dan menyebabkan kongres menunda sesi untuk mengesahkan kemenangan Biden.Saat ditanya oleh seorang pendukung soal pendangannya akan kekacauan di Washington itu, Bolsonaro mengaku sebagai pendukung Trump.“Banyak laporan penipuan, banyak laporan penipuan,” tambahnya, dalam video yang diunggah di media sosial.Bolsonaro juga mengambil kesempatan itu untuk mengulangi keluhan tak berdasar bahwa kemenangan dirinya di pemilu 2018 dinodai oleh penipuan dan dia seharusnya menang tanpa putaran kedua.Kekalahan Trump dalam pemilihan umum merupakan pukulan bagi Bolsonaro, yang berusaha menjalin hubungan lebih dekat dengan Amerika Serikar. Kemenangan Biden kemungkinan akan mengisolasi Brasil di panggung global dan meningkatkan tekanan pada penanganan Bolsonaro terhadap lingkungan dan hak asasi manusia.Sebelumnya, telah terjadi kekacauan di Gedung Capitol AS pada Rabu (6/1/2021) waktu setempat, setelah Trump terus melontarkan tuduhan dan klaim palsu soal kecurangan pilpres. Tuduhan itu berujung pada seruan unjuk rasa dan long march ke Gedung Capitol AS yang mewakili demokrasi AS.Ribuan pendukung Trump yang berunjuk rasa di luar Gedung Capitol AS, akhirnya menerobos masuk dan melakukan aksi perusakan di dalam gedung. Aksi ini menuai banyak kecaman dan disebut sebagai ‘pemberontakan’ oleh Biden yang akan dilantik pada 20  Januari mendatang.