Stres Membuat Kita Rentan Jatuh Sakit, Ini Penjelasannya!

Stres Membuat Kita Rentan Jatuh Sakit, Ini Penjelasannya! (Foto : )

Stres membuat kita rentan jatuh sakit karena selama stres, sistem saraf parasimpatik tubuh aktif. Hal ini akan memicu respon “fight of flight”, yang membantu tubuh bersiap untuk bertahan atau melarikan diri dari ancaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa stres dapat berdampak pada kondisi fisik kita. Hal ini bahkan sudah banyak dibuktikan oleh berbagai riset ilmiah yang menunjukkan bahwa stres membuat kita rentan jatuh sakit.Data dari Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa stres bisa memicu berbagai masalah kesehatan seperti, kegelisahan, pola tidur yang buruk, mudah marah, sulit fokus, dan pola makan yang buruk.Di sisi lain, psikolog klinis dari Cleveland Clinic , Adam Borland, mengatakan bahwa stres juga bisa membantu kita tetap waspada. Borland mengatakan bahwa kecemasan dan kekhawatiran dalam tingkat wajar bisa membantu kita mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari.Memikirkan situasi yang membuat stres juga dapat membantu kita menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi, Borland berkata bahwa stres bisa menyebabkan masalah ketika mempengaruhi kemampuan kita untuk beraktifitas.“Sayangnya, stres seringkali membuat kita susah tidur dan membuat kita mengalihkannya dengan makan berlebihan atau konsumsi alkohol, dan hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan,” ungkap Borland.Selain itu, Borland menambahkan bahwa stres juga bisa menimbulkan masalah pada kesehatan kita. Akibatnya, tubuh pun mejadi lebih rentan jatuh sakit.Stres menyebabkan kita mudah jatuh sakit, karena selama stres, sistem saraf parasimpatik tubuh aktif. Hal ini akan memicu respon “fight of flight”, yang membantu tubuh bersiap untuk bertahan atau melarikan diri dari ancaman. Saat respon tersebut terjadi, kita bisa mengalami hal-hal seperti, denyut nadi meningkat, nafas cepat, sesak nafas, pusing, sakit kepala, mual, dan otot menegang.Semua respon fisik itu terjadi karena adanya pelepasan kortisol. Kortisol adalah hormon yang memberi sinyal pada tubuh untuk  melepaskan glukosa, sejenis gula yang memberikan energi ke otot. Otot membutuhkan glukosa saat menghadapi pemicu stres. Kortisol juga menghambat produksi insulin dan mempersempit arteri.Saat penyebab stres berlalu, kadar kortisol biasanya kembali normal, dan tubuh akan pulih dari efeknya. Tapi saat terjadi stres kronis, kadar kortisol tetap tinggi. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan sejumlah masalah termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan masalah pencernaan kronis seperti sindrom iritasi usus besar.