Kerupuk Tayamum Legendaris Khas Kendal

Kerupuk Tayamum Legendaris Khas Kendal (Foto : )

Kerupuk Tayamum? Begitulah orang Kendal, Jawa Tengah menyebut kerupuk legendaris ini. Penikmatnya banyak. Dijual rentengan di pinggiran jalan pantura.  Pernah lihat deretan penjual kerupuk saat melintasi kota-kota di pantura? Ya, itu kerupuk pasir. Di beberapa daerah menyebutnya krupuk bakar. Nah, di Kendal, Jawa Tengah kerupuk beginian populer dengan nama kerupuk tayamum. Lho? "Iya, tayamum itu membersihkan pakai pasir atau debu. Nah, orang sini lalu menyebut kerupuk yang digoreng pakai pasir dengan nama kerupuk tayamum. Ada juga yang menyebutnya kerupuk useg, karena cara gorengnya yang diuseg-useg pakai pasir," ujar Hj. Nur, penjual kerupuk di Kaliwungu, Kendal. Sentra pembuatan kerupuk useg atau tayamum ada di Desa Sarirejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa yang menjadi salah satu sentra pembuatan kerupuk pasir di pantura. Sebenarnya ada beberapa desa lainnya yang juga membuat kerupuk tayamum. Tapi yang paling banyak itu di Sarirejo, sehingga desa inilah yang menjadi sentranya. Ada sedikitnya sembilan unit usaha kerupuk. Sebagian hanya usaha penggorengan saja, sebagian lainnya merupakan unit usaha lengkap dari mengolah bahan mentah hingga jadi kerupuk. Salah satunya adalah Haji Sakjun yang sudah merintis usaha kerupuk sejak tahun 1970-an. "Dulu itu kita sempat beralih ke penggorengan minyak, karena prosesnya yang praktis dan lebih cepat. Tapi lama-lama kok terasa makin mahal minyaknya, ya lalu kita kembali goreng pakai pasir, dan bertahan sampai sekarang," kata Pak Haji Sakjun. Pasir? Iya, menggorengnya menggunakan pasir. Kok bisa? "Intinya, pasir itu jadi media untuk memanaskan kerupuk sampai mekar. Kalau kurang panas krupuknya tidak bisa mekar, kalau kepanasan krupuknya jadi bantat alias keras di tengah," jelas Pak Haji Sakjun. [caption id="attachment_397550" align="alignnone" width="1280"] Proses pengrebusan adonan kerupuk. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Menggoreng kerupuk dengan pasir itu paling lama adalah proses pemanasan pasirnya. Dan bukan pasir biasa yang dipakai, tapi pasir kali. Karena halus, sudah bersih, tidak mudah pecah. dan tidak banyak debu. [caption id="attachment_397541" align="alignnone" width="1280"] Penggorengan kerupuk pakai pasir dalam drum. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Pasirnya ditampung dalam drum besar, lalu dibawahnya dipanaskan dengan api berbahan bakar kayu. Drumnya diputar-putar terus hingga mencapai suhu panas ruang yang ideal untuk bisa menggoreng kerupuk. [caption id="attachment_397545" align="alignnone" width="1280"] Penataan kerupuk sebelum dijemur. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Bahan utama kerupuk itu tepung tapioka. Dalam sehari, Pak Haji Sakjun menghabiskan 1,5 kwintal tepung. Bumbunya garam dan bawang. Beberapa rasa ditambahi ikan atau udang. Ada yang diberi pewarna, ada yang putih polos. Bentuknya ada yang bundar utuh, ada yang seperti mie. [caption id="attachment_397547" align="alignnone" width="1280"] Penjemuran kerupuk. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Setelah semua bahan diaduk, lalu digiling dan ditata satu per satu di nampan bambu. Setelah itu dikukus sampai lembek. Baru kemudian dijemur hingga kering betul. Pengeringan dilakukan dua kali. Yang pertama itu tadi, dan yang kedua setelah diberi bumbu permukaan. Proses pengeringan jadi kuncinya. Kalau kurang kurang kering krupuk tak mau mekar. [caption id="attachment_397554" align="alignnone" width="1280"] Haji Sakjun cek kerupuk. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Penggorengan dengan pasir berlangsung cepat kalau panasnya sesuai. Sekali masuk bisa langsung seratus kerupuk. Drumnya diputar, kerupuk pun mekar dan harus cepat-cepat dituang ke penampungan kalau tak mau gosong. Hanya butuh kurang satu menit sekali goreng. Kerupuk matang lalu diayak untuk menghilangkan pasirnya. Para pedagang kerupuk di pantura ada yang langsung ambil di sini dalam jumlah besar. Perajin juga mengemas dlam plastik kecil-kecil dan disetor ke pedagang eceran di Kendal dan sekitarnya. Pedagang kerupuk di Kaliwungu, Hj. Nur mengatakan, harga kerupuk sekarang per kilo matang itu Rp21 ribu. Penjualan kerupuk kalau musim kemarau itu bagus karena proses produksinya juga cepat dan banyak. Kalau musim hujan berkurang karena pengeringannya tidak cepat. Teguh Joko Sutrisno | Kendal, Jawa Tengah