Luwak adalah hewan suci bagi sebagian banyak penggemar berat kopi. Nah, kalau Anda dan keluarga sedang berada di Magelang, mampirlah ke Pawon Luwak Kopi di kawasan Candi Pawon. Ada banyak pilihan racikan kopi dan ada pula hewan Luwak di sini. Liburan asyik yuk ...
Penggemar berat kopi pasti tahu apa itu kopi luwak. Ini bukan merek, tapi benar-benar kopi yang dihasilkan dari biji kopi yang keluar bersama kotoran binatang luwak. Kok bisa?
"Jadi gini, luwak itu binatang yang jago memilih biji kopi terbaik. Ia akan memakan buah kopi yang sudah masak di pohon, yang berwarna merah dan benar-benar matang. Daging buah atau ceri kopi akan dimakan, sedangkan bijinya ditelan dan akan terfermentasi di dalam perut luwak, kemudian keluar bersama kotoran," kata Prana Aji (58) pemilik Kedai Kopi Luwak di Dusun Pawon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
[caption id="attachment_393424" align="alignnone" width="900"] Mesin roasting kopi tua masih berkarya. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Nah, biji kopi itulah, tambahnya, yang kemudian diolah menjadi minuman kopi. Kombinasi antara biji kopi terbaik dengan fermentasi, menghasilkan biji kopi premium. Mahal?
"Ya relatif. Tapi pasti lebih mahal dari kopi kualitas tinggi tapi bukan luwak. Karena memang jumlah kopi yang dihasilkan lewat jalur perut luwak sangat terbatas," ungkapnya.
Kedai kopi pun, yang menyajikan kopi luwak, jadinya juga terbatas. Selain bahan baku, tentu dengan harga yang kencang pembelinya pun dari kalangan tertentu. Terutama mereka yang benar-benar penggemar kopi yang mengutamakan orisinalitas dan penikmat betulan. Bulan asal ngopi karena gaya.
[caption id="attachment_393419" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Saya mampir di kedai kopi Pawon ini ketika selesai keliling Candi Pawon. Lokasi kedai memang persis di depan kompleks candi. Untuk meyakinkan pelanggan maupun calon pelanggannya, di halaman kedai dijemur kopi luwak asli yang masih segar.
"Ini ada yang sudah bersih, ada juga yang sudah dikupas kulit luarnya tapi masih berbalut kulit ari. Nanti kalau sudah kering benar akan diroasting dengan grade kematangan tertentu. Kopi baru digiling ketika akan diseduh sehingga taste aslinya tetap terjaga," lanjutnya.
[caption id="attachment_393425" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Kedai kopi berupa rumah kayu kuno. Kursi dan mejanya juga jadul dengan taplak meja kain batik khas tahun 70-an. Bagian belakang ada halaman yang ditanami kopi.
Tapi ini hanya untuk menghadirkan suasana kebun saja. Karena kopi luwak dipanen dari kebun di Temanggung dan Wonosobo, dengan ketinggian lahan yang ideal bagi kopi.
[caption id="attachment_393421" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Di halaman belakang kedai juga dipelihara beberapa luwak. Ada pemandu yang memberi penjelasan tentang berbagai hal yang terkait dengan luwak dan kopi yang dihasilkan. Wisata edukasi kopi istilahnya.
"Ngopi di sini lebih nikmat kalau tidak kesusu (tergesa-gesa), harus longgar dan berlama-lama. Kalau cuma sebentar menikmati kopi ya tidak maksimal," kata Herman, penikmat kopi asal Jogja.
Berapa harganya?
Kalau biasa ngopi sachetan ya gak masuk. Tapi penikmat kopi fanatik, untuk kenikmatan sejati ya sebisanya ditebus.
[caption id="attachment_393422" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Gak mahal amat juga. Secangkir kopi luwak Rp25 ribu. Kalau kopi bubuk yang dibawa pulang, kita bungkus per 100 gram, harganya untuk kopi luwak robusta Rp250 ribu, kalau yang kopi luwak arabika Rp400 ribu," jelas Prana Aji.
Wow! Itu artinya kalau per kilo harga kopinya Rp2,5 juta dan Rp4 juta.
Sebenarnya saya ngebet juga pengen coba secangkir kopi luwak arabikanya. Tapi ngopi saya tunda dulu, masih ada beberapa tempat yang harus dikunjungi bersama rombongan.
Seperti kata penikmat kopi di depan tadi, ngopi di sini kurang afdol kalau kesusu (terburu-buru).
Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Magelang, Jawa Tengah