Fotografer Mendur bersaudara, Alex dan Frans mempertaruhkan nyawanya mati-matian saat mengabadikan peristiwa detik-detik Proklamasi.
Kisah perjuangan fotografer bersaudara, Alex Mendur dan Frans Mendur kembali terkuak. Bagaimana mereka berjuang mati-matian saat mengabadikan foto detik-detik Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.
Kisah ini kembali dibagikan oleh Juru Bicara Presiden RI, Fadjroel Rachman, lewat akun Instagramnya @padjroelrachman, pada 17 Agustus 2020. Bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75.
“Jika saat ini kamu bisa melihat foto Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi maka sudah patutnya kamu berterima kasih pada sosok kakak beradik, Alex Mendur dan Frans Mendur. Berkat dua orang bersaudara itu, hingga saat ini saksi bisu hari paling penting untuk bangsa ini bisa kita lihat” tulis @padjroelrachman dalam tautannya.
[caption id="attachment_364005" align="alignnone" width="538"] Hasil karya foto Mendur bersaudara saat Pembacaan Detik-detik Proklamasi RI 1945. (Foto: Tangkap layar Instagram/@padjroelrachman)[/caption]
Padahal tak ada instruksi untuk keduanya mengambil foto saat teks Proklamasi dibacakan. Frans Mendur hanya tak sengaja mendengar kabar dari harian Asia Raya. Pun kakaknya, Alex Mendur yang berprofesi sebagai fotografer kantor berita Jepang waktu itu.
Keduanya langsung bergegas ke kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Cikini, Jakarta dengan membawa kamera masing-masing. Dengan mengendap-endap, Mendur bersaudara berhasil merapat di lokasi tepat pukul 05.00 pagi. Rupanya hanya mereka berdua, fotografer yang hadir di hari paling penting bagi bangsa Indonesia itu.
[caption id="attachment_364006" align="alignnone" width="535"] Hasil karya foto Mendur bersaudara saat Pembacaan Detik-detik Proklamasi RI 1945. (Foto: Tangkap layar Instagram/@padjroelrachman)[/caption]
Alex dan Frans berhasil mengabadikan beberapa foto detik-detik proklamasi Indonesia. Namun usai upacara, mereka berdua disergap tentara Jepang. Alex ditangkap, kameranya disita, hasil fotonya dibakar. Sementara Frans berkilah, ia mengaku negatif filmnya telah dirampas Barisan Pelopor padahal telah dikubur dalam tanah. Tentara Jepang pun berhasil ia kelabuhi.
Setelah dirasa aman, keduanya lalu menggali tanah tempat negatif film dikubur. Tak menunggu lama, film itu kemudian dicetak. Butuh keberanian dan mental baja.
Mendur bersaudara harus diam-diam menyelinap di malam hari, memanjat pohon, dan melompati pagar hingga akhirnya menemukan lab foto. Sebab jika tertangkap Jepang, bukan tak mungkin Mendur bersaudara dihukum mati.
Tanpa foto karya Frans Mendur, maka proklamasi Indonesia tak akan terdokumentasikan dalam bentuk foto.
[caption id="attachment_364007" align="alignnone" width="597"] Hasil karya foto Mendur bersaudara saat Pembacaan Detik-detik Proklamasi RI 1945. (Foto: Tangkap layar Instagram/@padjroelrachman)[/caption]
Mendur bersaudara lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara. Alex Mendur lahir pada 1907, sementara adiknya Frans Mendur lahir tahun 1913. Kala itu nama Mendur bersaudara sudah terkenal di mana-mana. Keberadaan mereka diperhitungkan media-media asing.
Untuk mengenang aksi heroik Mendur bersaudara, keluarga besar Mendur mendirikan sebuah monumen yang disebut "Tugu Pers Mendur". Tugu ini berupa patung Alex dan Frans serta bangunan rumah adat Minahasa berbentuk panggung berbahan kayu.
Tugu Pers Mendur didirikan di Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di tanah kelahiran mereka.
“Di dalam rumah itu terdapat 113 foto karya Mendur bersaudara yang diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Februari 2013” tulis @padjroelrachman diakhir tautannya.