Susur Sungai Mentaya di Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah belakangan kembali ramai diminati wisatawan. Perahu wisata atau biasa disebut Klotok kembali riuh menyusuri sungai. Ini menjadi wisata alternatif di tengah persiapan menuju kenormalan baru.
Sejak adanya pandemi Covid-19 seluruh obyek wisata yang dikelola pemerintah daerah ditutup guna meminimalisir penyebaran Covid-19. Apalagi, warga diimbau untuk tidak ke luar rumah.
Kini, memasuki era new normal atau kenormalan baru atau pola hidup baru, warga yang telah haus hiburan dan rekreasi lantas memanfaatkan momen geliat wisata ini: Susur Sungai Mentaya.
[caption id="attachment_341940" align="alignnone" width="900"] Foto: Didi Syachwani | ANTV[/caption]
Dalam berwisata susur sungai, umumnya warga melakukannya secara berkelompok bersama keluarga, kerabat maupun teman. Alat transportasi air berupa Klotok, perahu wisata, adalah sarana untuk menyusuri sungai Mentaya ini.
Sensasi berkelotok seraya menikmati pemandangan alam nan indah maupun menikmati aktivitas warga di bantaran sungai menjadi daya tarik tersendiri.
[caption id="attachment_341941" align="alignnone" width="900"] Foto: Didi Syachwani | ANTV[/caption]
Wisata susur sungai Mentaya yang ramai pada sore hari membawa berkah tersendiri bagi motoris klotok yang biasa tambat di dermaga Habaring Hurung Sampit.
Motoris Klotok Kuryansah dan Agus Rabani mengatakan pada akhir pekan mereka dapat melayani hingga dua rombongan warga. Untuk setiap rombongan maksimal 10 orang dikenai biaya antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu dengan jarak tempuh antara 7 - 10 kilometer.
[caption id="attachment_341933" align="alignnone" width="900"] Foto: Didi Syachwani | ANTV[/caption]
Guna menarik wisatawan, para motoris atau pemilik klotok memodifikasi klotok mereka dengan menambahkan kursi dibagian atas. Sebab, tidak sedikit warga yang lebih tertarik berada di atas karena pemandangannya lebih luas.
[caption id="attachment_341934" align="alignnone" width="900"] Foto: Didi Syachwani | ANTV[/caption]
Meski armada yang digunakan adalah perahu tradisional namun faktor keselamatan tetap menjadi perhatian. Setiap klotok dilengkapi life jacket atau baju pelampung bagi penumpang sebagai antisipasi jika terjadi kecelakaan.
Didi Syachwani | Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah