Tepat 54 tahun lalu, 9 April 1966, Sutan Sjahrir wafat di Swiss dengan status tahanan politik. Soekarno memenjarakan Sjahrir tanpa proses peradilan. Mohammad Hatta sangat kecewa pada keputusan Soekarno itu. Tahukan Anda bahwa Sutan Sjahrir adalah penulis teks proklamasi pertama? Malam itu, 7 Januari 1962. Gelap menyelimuti Makassar, Sulawesi Selatan. Sementara Gedung Olahraga Mattoangin (kini Stadion Andi Mattalatta) terang benderang. Ribuan massa berkumpul, bersorak sorai. Menanti Presiden Soekarno berpidato selepas Isya. Saat itu mobil Presiden dan rombongan dalam perjalanan dikawal konvoi motor dan mobil jeep yang berisi para pengawal Presiden. Dari Gubernuran, konvoi belok kanan menuju lapangan karebosi lalu kemudian belok kiri ke gedung RRI. Tiba di depan gedung RRI, konvoi belok kiri menyusuri Pantai Losari lalu berbelok kiri lagi ke jalan Cendrawasih. Dari jalan Cendrawasih, konvoi tinggal lurus menuju lokasi acara. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 18.55 WITA. Keadaan jalan gelap. Lampu penerangan jalan Cendrawasih redup. Di tengah kegelapan, tiba-tiba cahaya kilat berkilau bersamaan dengan ledakan dahsyat. Sebuah granat meledak dekat posisi mobil Soekarno. Presiden, didampingi Panglima KODAM XIV Hasanuddin, Kolonel M Jusuf (Muhammad Jusuf Amir). “Cup (M. Yusuf), suara apa itu?” tanya Soekarno ketika masih di dalam mobil, seperti diceritakan Atmadji Sumarkidjo dalam Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit (2006:77). M Jusuf pun dengan tenang hanya bilang, “Mungkin suara ban pecah, Pak.” Persekongkolan PRRI/Permesta dan Belanda? Pemberitaan saat itu, ada 31 rakyat sipil biasa jadi korban dan 5 orang tewas di lokasi kejadian. Mobil-mobil rombongan rusak. Namun Soekarno selamat. Peristiwa Cenderawasih diusut. Delapan orang terlibat. Para pelaku dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat Dalam Keadaan Perang (Mahadper) untuk Indonesia bagian Timur. Catatan Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian Tentang Bung Karno, 1945-1967, mereka terkait dengan Resimen Pertempuran Koordinator Angkatan Darat Revolusioner (RPKADREV) yang meneruskan perjuangan Republik Persatuan Indonesia (RPI) yang anti-komunis. Menurut catatan Rosihan Anwar, dalam Soekarno, tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik, 1961-1965 (2005:196), “Terhukum Ida Bagus Surya Tenaja (41) dalam komplotan itu berkedudukan sebagai Koordinator RPI.” Tenaja diberi pangkat kolonel dalam RPKADREV yang terkait Permesta. Juga terhukum Marcus Octavianus Latuperisa yang diberi pangkat Sersan Mayor. Wartawan senior Rosihan Anwar, dalam catatan yang dikutip dari buku Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965, mengatakan bahwa sidang vonis Ida Bagus Tenaja digelar Mahkamah Angkatan Darat Dalam Keadaan Perang (Mahadper) untuk Indonesia Bagian Timur, pada 22 November 1962. Soekarno sempat curiga bahwa otak dari penggranatan di Jalan Cendrawasih adalah kelompok yang didanai Belanda, karena kala itu adalah masa-masa perebutan Irian Barat yang masih dikuasai Belanda.
Penggranatan di jalan Cenderawasih ini adalah peristiwa kedua yang menyasar nyawa Soekarno di kota Makassar. Sebelumnya ada Peristiwa Mandai 1960. DI/TII Sulsel pimpinan Kahar Muzakkar dituding melontarkan serangan mortir ke konvoi Soekarno yang baru saja keluar dari Lapangan Terbang Mandai.
Sutan Sjahrir Dalang Penggranatan Soekarno?
Mengejutkan, Sutan Sjahrir dituduh terlibat mendalangi percobaan pembunuhan itu. Soekarno langsung menjadikan Sjahrir sebagai tersangka tanpa proses pengadilan.
[caption id="attachment_305725" align="alignnone" width="700"]
Kisah penahanannya bermula dari undangan dari Anak Agung Gede Agung pada 18 Agustus 1961. Mantan Menteri Luar Negeri RI dalam kabinet Burhanuddin Harahap ini menggelar upacara ngaben untuk ayahnya, Raja Gianyar.
Maka, datanglah Hatta, Sutan Sjahrir, Moh. Roem, Sultan Hamid II, dan sejumlah tokoh lain untuk memenuhi undangan Anak Agung Gde Agung. Tapi belakangan pertemuan ini disebut sebagai ajang konspirasi subversif oleh Soebandrio, yang kala itu menjabat Menteri Luar Negeri dan Kepala Pusat Intelijen.
Selanjutnya, pada 16 Januari 1962, Sjahrir ditangkap di rumahnya. Kemudian Anak Agung Gde Agung, Soebadio Sastrosatomo, dan Sultan Hamid II pun dicokok. Tokoh-tokoh Masyumi seperti Moh Roem dan Prawoto Mangkusasmito juga ditangkap.
Hanya Hatta, kolega berpolitik Sjahrir sejak 1920-an di Belanda, yang tak disentuh.
Tahanan Politik
Selama di tahanan, Sjahrir diperlakukan baik. Namun, keadaan fisiknya terus menurun. Pada November 1962, dokter keluarga mendapati tensi Sjahrir demikian tinggi. Ia lalu dipindahkan ke RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Setelah membaik, ia dipindahkan ke penjara di Jalan Keagungan, Jakarta. Pada Februari 1965, ia dipindahkan lagi ke RTM Budi Utomo. Di sinilah Sjahrir mengalami stroke kedua.
Akhirnya, Soekarno memperbolehkan Sjahrir mendapatkan perawatan di luar negeri, asalkan bukan di Belanda. Keluarga Sjahrir memilih Zurich-Swiss, sebagai tempat pengobatannya.
Bulan 21 Juli 1965, Sjahrir beserta keluarganya terbang ke Zurich. Inilah momen terakhir Sjahrir melihat tanah air yang ia perjuangkan. Sutan Sjahrir akhirnya meninggal dunia pada umur 57 tahun di Swiss, 9 April 1966.
[caption id="attachment_305782" align="alignnone" width="700"]
Beberapa bulan sebelumnya, ternyata Presiden Soekarno telah mempersiapkan Keppres nomor 76 tahun 1966 untuk menjadikan Sjahrir sebagai Pahlawan Nasional sekaligus permintaan agar Sjahrir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Selama 5 hari setelah Sjahrir meninggal, Indonesia berkabung total.
https://www.youtube.com/watch?v=CKvAz9yNb6I
Wakil Presiden Mohammad Hatta sangat kecewa dengan keputusan Soekarno yang memenjarakan Sjahrir tanpa proses peradilan.
https://twitter.com/VideoSejarah/status/1248153293643104256?s=08
Sutan Sjahrir Arsitek Kemerdekaan Indonesia
Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909. Sjahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Ia juga merupakan satu diantara begawan revolusi.
Bagi tokoh pergerakan lapangan seperti Sjahrir, bahkan Tan Malaka, Soekarno dan Hatta dinilai terlalu lembek dan pengecut untuk melawan Jepang secara terang-terangan.
Puncaknya adalah ketika Jepang memberlakukan romusha (1942-1945) bagi 4-10 juta penduduk lokal untuk membangun basis militer, terowongan, dan pengangkutan bahan pangan bagi Jepang.
Soekarno adalah orang paling bertanggung jawab dalam tragedi kemanusiaan ini. Baca: Bung Karno, Bintang Iklan Romusha Bernomor 970
[caption id="attachment_305772" align="alignnone" width="700"]
Dua hari sebelumnya, 15 Agustus 1945, ada pembacaan teks proklamasi kemerdekaan di Cirebon oleh dr Soedarsono. Sjahrir yang menyusun teks ini. Namun, teks itu hilang sampai sekarang.Mengapa Sukarno tidak segera memproklamasikan kemerdekaan? Karena ingin proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kelamaan, Bung! [caption id="attachment_305734" align="alignnone" width="700"]