Ada banyak simbol dalam ajaran Jawi. Namun banyak juga kedangkalan memahami simbol. Terutama dialami oleh para penganut paham materialistik. Melihat dari sudut pandang kebendaan. Wujud yang bisa disentuh indera. Memahami simbol dan makna filosofi ajaran Jawi akan membuat diri laki-laki mampu berenang-renang di deras arus bandang kehidupan. Filosofi-filosofi yang disembunyikan dalam simbol memang tidak mudah diterjemahkan. Sifatnya tafsir. Makna tafsir tergantung sudut pandang si penafsir. Ajaran Jawi lebih menekankan spiritualitas non material. Spiritualitas ke dalam diri. Bukan spiritualitas materialis! Karenanya jika memahami simbol berhati-hatilah memilih pembabar, memilih pengudar, memilih penafsir! Ambil contoh filosofi kesampurnaan laki-laki. Menurut ajaran tradisional Jawi yang disampaikan Raja Mataram, Sultan Agung Hanyakrakusuma seorang laki-laki telah dianggap sempurna jika mempunyai lima hal, yaitu: [ejaan tutur Jawa] Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo. Banyak sekali yang mengartikan bahwa Wismo artinya wisma, rumah. Wanito artinya istri. Kukilo artinya burung. Turonggo artinya kuda dan Curigo artinya keris. Apakah saklek memang demikianlah artinya? Ataukah ada makna tersirat? Ya! Semua adalah soal spiritualitas. Soal diri pribadi. Bukan soal materi di luar sana! Wismo Ada yang memaknai begini, laki-laki yang telah mempunyai Wismo, rumah adalah laki-laki yang mapan hidupnya, punya penghasilan yang cukup. Ada pula yang memaknai sebagai tempat pulang selepas berkelana seharian. Ada tempat untuk dipulangi. Rumah adalah tempat laki-laki menjamin keamanan istri dan anak-anaknya. Begitukah? BUKAN! Sejatinya yang dimaksud Wisma adalah badan hidup dirinya. Meliputi jasadnya, tubuhnya, fisiknya, juga pikiran dan jiwanya serta Ruh yang menggerakkannya. Dia mampu memahami Tri Tunggal Maha Kudus ini. Bahwa ketiganya tiada terpisahkan. Laki-laki sempurna mampu menguasai dirinya! Wanito Ada yang memaknai bahwa orang yang telah kawin dan punya istri artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan bertanggungjawab. Hah?! Jadi mereka yang tidak menikah artinya tidak bertanggungjawab?!
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti. – Matius 19:12
Jadi pertama, ada orang yang lahir cacat sehingga tidak dapat kawin. Kedua, ia dijadikan demikian oleh orang lain. Contohnya orang Kasim/Sida-sida yaitu laki-laki yang kemaluannya dipotong (dikebiri). Ketiga, laki-laki yang mengorbankan dirinya untuk tidak kawin (selibat). Contohnya para pastor Katolik dan Biksu Budda.
Ada pula yang mengartikan seorang istri bisa menjadi motivasi bagi pria untuk menuju kesuksesan. Wanita memberikan visi dan misi, motivasi, dan memelihara daya juang suaminya. Selain itu wanita adalah sifat feminin yang mengimbangi sifat maskulin lelakinya. Ah, ini terlalu lebay!
Wanita dalam filosofi Jawa digambarkan sebagai Dewi Sri. Dewi Padi. Nah, dalam filosofi Jawi, makna sejati wanita adalah simbol Ibu. Sang Pengayom. Simbol Cinta Kasih! Sejak menjadi janin dalam kandungan, kita makan dari sari pati yang diasup ibu. Inilah wujud nyata Cinta Kasih. Demikian pula, laki-laki harus mampu membuncahkan Cinta Kasih dari dalam dirinya.
Kukilo
Kukilo artinya Burung. Kemudian menjelaskan filosofisnya bahwa nyanyian burung itu merdu bagai musik atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang, enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang laki-laki berbicara dengan suara lembut. Woooiii … Bukan begini maknanya!
Ada pula yang memaknainya sebagai hobi atau penyaluran energi mental yang berlebih. Ada pula yang memaknai laki-laki Jawa hendaknya memelihara burung perkutut. Bukan begini juga!
Kukilo memang artinya burung. Makna sejatinya adalah laki-laki harus punya wawasan luas. Punya pengetahuan dan sudut pandang yang tidak sempit. Segala wawasan pun pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi solusi pemenuhan kebutuhannya maupun orang yang terkait dengan dirinya.
Turonggo
Turonggo artinya Kuda. Namun dalam kaitannya dengan kesempurnaan laki-laki Jawa tidak bisa diartikan sebagai kuda secara harfiah. Tidak pula tunggangan atau kendaraan. Bukan alat bantu mobilitas. Ini bukan materialistik. Bukan pula diartikan kendaraan kehidupan. Abstrak, tidak jelas maknanya!
Turonggo dalam hal ini sejatinya bermakna etos kerja. etos kerja ialah semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Max Weber, mengatakan etos kerja ialah perilaku kerja yang etis dan menjadi kebiasaan kerja yang berporos pada etika.
Cepat, Sigap, Kuat. Laki-laki harus mampu menjadi solusi. Pengambil keputusan dan penyelesai masalah.
Curigo
Curigo atau Keris. Keris bukanlah sejata tajam. Sekali lagi, salah kaprah jika ada yang menyebut bahwa keris adalah senjata tajam. Salah?! Ya, salah!
[caption id="attachment_270849" align="alignnone" width="900"]