Keperawanan dipatok sebagai keharusan moralitas. Akibatnya perempuan menjadi bulan-bulanan stigma. Sebaliknya lelaki bebas merdeka menilai. Salihah atau Sundal menjadi predikat nilai tunjuk bagi perempuan. Beginilah sengkarut pikir lelaki. Tak tuntas mengoprek soal selangkang perempuan. Wiracarita Ramayana menguak sengkarut pikir itu. Rama mempertanyakan keperawanan Shinta. Rama telah mencederai martabat Shinta! Jangan bangga ketika anda dan pasangan disebut-sebut bak Rama dan Shinta! Itu penghinaan terhadap anda maupun pasangan! Soal keperawanan telah menjadi petaka memilukan dalam sejarah (wiracarita) martabat perempuan. Shinta harus melakoni pembuktian dalam api. Dibakar! Bahkan akhirnya Shinta menyerah. Memilih lebur dalam pelukan Ibu Bhumi. Begini kisahnya … Wiracarita Ramayana tertulis tiga puluh enam kali purnama Shinta dimanjakan di dalam keputren Alengka. Ia ditemani Dewi Trijatha. Rahwana membawa Shinta dari hutan Ayodhya ke Alengka. Rahwana berniat meminangnya. Sang Raja Alengka sungguh mencintai Shinta. Namun banyak orang menyebutnya penculikan. Menempatkan Shinta di taman nan indah jua asri dituding penyekapan.Di seberang sana, penduduk Kosala terutama di Ibu kota Ayodhya menduga-duga. Rahwana memperkosa Shinta. Menjadikan manusia perempuan titisan Bethari Sri Widowati itu menjadi budak seks. Titisan berikutnya dari Dewi Laksmi itu dituding tiada suci. Tak lagi Salihah. Penilaian! Ini soal penilaian manusia berdasar pada apa yang pernah ditangkap indera. Direka-reka di pikiran menjadi penilaian jika tidak mau disebut tuduhan.
Apakah anda juga sering melakukan penilaian-penilaian? Tuduhan-tuduhan? Sangkaan-sangkaan? Adakah dari anda yang tahu bahwa sejatinya Rahwana tidak pernah menyentuh Shinta? Hampir seribu seratus malam Shinta bertahan dalam kesucian. Tiga puluh enam purnama berlalu tiada kontak seksual. Rahwana pun menjaga kemurnian raga perempuan yang dikasihinya. Rahwana membetot birahinya. Demi seteguk cinta sejati. Shinta dijamin keperawanannya.Lalu, bagaimana dengan Rama, suaminya? Kebalikan dari Rahwana!Justru Rama tak seperti klaim kaumnya, seorang titisan Dewa Wisnu yang ketujuh. Rama dipandang sebagai Maryada Purushottama