Perawan Iya, Bengal Iya! Nah, Shalfa Dipecat dari SEA Games!

Perawan Iya, Bengal Iya! Nah, Shalfa Dipecat dari SEA Games! (Foto : )

Memanas! Pemecatan pesenam artistik jadi viral. Simpang siur! Entah urusan Keperawanan. Entah pula urusan Indisipliner. Para pelatih senam pelatnas angkat bicara. Shalfa merosot prestasinya dan bengal perilakunya! Benarkah? Pengakuan atlet muda senam artistik Shalfa Avrila Siani bikin heboh seluruh negeri. Gadis umur 17 tahun ini dipecat dari pelatnas, Gresik. Dipulangkan ke Kediri. Gagal masuk skuad SEA Games 2019. Ibunda Shalfa, Ayu Kurniawati mengatakan bahwa anaknya dituding tidak perawan. Ayu mengaku pelatih senam pelatnas dan pelatda Jawa Timur yang mengeluarkan tuduhan itu. Begitukah? Pada 13 November 2019 orang tua Shalfa Avrila Siani, atlet senam artistik, mendapatkan telepon dari pelatih bernama Irma agar segera membawa pulang Shalfa. Berangkatlah mereka dari Kediri menuju mess pelatnas di Gresik. Ibunda Shalfa tiba di mess sekitar pukul 24.00 WIB malam. Anehnya tidak ada pelatih yang mendampingi Shalfa saat itu. Penyerahan Shalfa kepada orang tuanya pun tidak disertai surat-surat resmi. Sesudah kejadian, 20 November 2019, Shalfa dibawa orang tuanya melakukan tes keperawanan di dokter kandungan Rumah Sakit Bhayangkara, Kediri. Hasilnya tidak seperti yang ditudingkan pelatih. Selaput dara masih utuh! Sang ibu, Ayu Kurniawati kembali menghubungi tim pelatih namun hasilnya nihil. Pelatihnya minta dites lagi di Rumah Sakit Petrokimia, Gresik. Prestasi Turun Ngapain Diberangkatkan ke SEA Games?  Indra Sibarani, pelatih kepala senam Jawa Timur, membantah pengakuan Ayu. Pencoretan murni karena prestasi Shalfa melorot drastis dalam kualifikasi PON (1–4 November 2019). Shalfa hanya berada di peringkat ke-13 pada balance beam dan peringkat 7 di nomor floor. Seharusnya sebagai atlet SEA Games, Shalfa bisa menjadi juara pada nomor balance beam maupun floor. Kekecewaan juga diungkapkan Zahari, pelatih pelatnas artistik putri. Zahari adalah pelatih Shalfa selama dalam pemusatan latihan nasional di GOR Petrokimia, Gresik. Zahari pula yang menulis surat rekomendasi mengeluarkan Shalfa. Surat itu ditulis sendiri oleh Zahari pada 15 November. PB Persani menindaklanjutinya dengan menerbitkan surat penggantian atlet. Keputusannya, Shalfa digantikan oleh Yogi Novia Laila Ramadhani. Shalfa, Bengal! Ada empat alasan Shalfa dicoret. Pertama, Shalfa tidak disiplin! Tidak disiplin istirahat, tidak disiplin mengatur pola makan dan melanggar peraturan asrama. Dikutip dari Jawa Pos, Zahari mengatakan, “Saat PraPON saya sudah ngomong ke dia. Sebagai atlet pelatnas, jangan sampai kalah dengan non-pelatnas. Ternyata penampilannya jelek. Terus setelah itu kami punya aturan bahwa setiap atlet tidak boleh keluar malam, tidak boleh pacaran, dan tidak boleh menginap di rumah cowok. Di situlah dia melakukan tindakan indisipliner.” Zahari juga mendapatkan laporan bahwa Shalfa sempat izin keluar malam untuk kerja kelompok. Ijin pergi memakai jasa transportasi online. Namun, ternyata dia diantar jemput oleh pacarnya. Bahkan pergi ke Malang dengan pacarnya tanpa ijin. Siapa juga yang mau terus-terusan mengawasi anak yang suka kabur malam dan pulang pagi?! Kecerdasan Emosional Rendah? Mungkinkah Shalfa menyalahkan orang lain (para pelatihnya) untuk menutupi kesalahan yang diperbuatnya? Penjelasan para pelatih Shalfa mengindikasikan ada persoalah perilaku pada diri Shalfa. Bengal dan Indisipliner! Untuk menutupinya, Shalfa melontarkan tudingan pendzoliman dirinya. Jika memang Shalfa menyalahkan orang lain atas pelanggaran yang telah diperbuatnya, maka dipastikan level Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosionalnya rendah! EQ yang rendah merupakan persoalan serius. Memiliki pandangan yang sempit terhadap emosinya sendiri ketika mengalami permasalahan. Ketika sesuatu berjalan tidak semestinya, yang pertama kali dilakukannya adalah menyalahkan orang lain. Seseorang yang EQ-nya lemah sering lari dari situasi emosional dan menghindar dari permasalahan. Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dari orang lain juga sering terjadi. Juga, emosinya sering meledak mendadak. Biasanya orang yang lemah EQ cenderung tidak berperasaan sehingga sulit untuk memelihara persahabatan. Persahabatan adalah hubungan saling memberi dan menerima, berbagi emosi, kasih sayang, dan dukungan emosional. Apakah Shalfa demikian? Shalfa Avrila Siani masuk pelatnas menggantikan Tazsa Miranda yang cedera kaki dan harus menjalani operasi. Jika seandainya masuk dalam skuad SEA Games, Shalfa juga sama sekali tidak ditargetkan emas. Nah! Buat apa juga diberangkatin? (*) Baca juga: Keperawanan dalam Komedi Saru di Negeri Tidak Lucu