Denpasar, Bali pada 20 September 1906. Militer Belanda mengepung kerajaan Badung. Raja telah memperhitungkan keruntuhan kerajaan Badung. Raja, pasukan kerajaan dan warga memilih mati syahid. Walaupun tragis, mereka percaya ini untuk menjaga kehormatan diri agar tidak ditangkap dan dijadikan budak. Seribu orang tewas dalam bunuh diri massal di Kerajaan Badung ini. Ceritanya begini, 27 Mei 1904. Perahu dagang berbendera Belanda kandas di Sanur. Perahu itu bernama Sri Komala , milik pedagang Cina bernama Kwee Tek Tjiang. Kapal berlayar dari Banjarmasin menuju Denpasar mengangkut gula pasir, minyak tanah, dan terasi, koin perak dan perunggu. Atas saran Sik Bo, seorang warga Cina di Sanur, Kwee Tek Tjiang meminta Ida Bagus Ngurah, penguasa daerah Sanur, untuk mengamankan barang-barang yang telah diturunkan dari kapal. 29 Mei 1904. Utusan Raja Badung datang ke pantai Sanur melakukan pemeriksaan. Pada saat itulah Kwee Tek Tjiang membuat laporan palsu kepada utusan Raja. Laporannya kehilangan 3.700 ringgit uang perak, serta 2.300 uang kepeng.Kwee Tek Tjiang juga melapor kepada Raja dan menuntut ganti rugi sebanyak 3.000 ringgit (sekitar 7.500 gulden). Peristiwa ini dimanfaatkan J. Escbach yang menjabat Residen untuk menekan Raja Badung. Ganti rugi harus dibayar. 9 Januari 1905.
Bunuh Diri Massal di Pulau Bali! Alasangker dan Badung Mencekam!
Kamis, 31 Oktober 2019 - 14:12 WIB