Saat kampanye pilpres, Jokowi berjanji akan mengangkat menteri dari angkatan 98. Namun menjelang pelantikan presiden, lawannya di Pilpres 2019 datang merapat dan ingin mendapatkan jatah kursi menteri. Jumlah menteri tentu terbatas. Lantas, apakah Jokowi akan melupakan janjinya hanya untuk mengakomodasi kepentingan lawan politiknya atau tetap komitmen dengan janjinya setelah terpilih?
Pengumuman calon menteri tinggal menghitung hari. Presiden terpilih Jokowi berjanji akan mengumumkan nama-nama menteri setelah pelantikan 20 Oktober 2019 mendatang.
Dosen Fisip Universitas Mulawarman, Kalimatan Timur, Muhammad Taufik menjelaskan, figur calon menteri baru dalam Kabinet Indonesia bersatu jilid 2 tentunya hak preogratif Presiden. Namun dalam berbagai kesempatan, Jokowi telah berjanji akan menempatkan angkatan 98 bisa menjadi menteri untuk membantunya menunaikan agenda reformasi. " Sebagai anak kandung reformasi Jokowi dlm berbagai kesempatan menyampaikan akan menempatkan angkatan 98 untuk duduk di kabinet," ujarnya kepada antvklik.com , Rabu (16/10/2019).
[caption id="attachment_238906" align="alignnone" width="900"] Mohammad Taufik S.Sos, MSi (kiri): Jokowi bisa menjadi negawaran jika menempatkan angkatan 9 menjadi menteri[/caption]
Taufik mengakui, tidak mudah mengakomodasi semua kepentingan. Tapi, menurutnya, dengan menempatkan Angakatan 98 berarti Presiden Jokowi telah menjadi seorang Negarawan. Sebab, angkatan 98 sudah banyak berbuat untuk negeri. " Sudah saatnya generasi 98 terlibat secara langsung agar keberlanjutan ide-ide reformasi utk Indonesia yangg lebih sejahtera bisa segera terwujud,"
Sebelumnya, Jaat bertemu dengan ribuan angkatan 98 di Jakarta, Jokowi juga mengatakan akan menempatkan angkatan 98 menjadi anggota kabinetnya. Menurutnya, angkatan 98 merupakan pelaku sejarah. Sebagian dari mereka telah menjadi bupati , walikota, DPR dan lain-lain. " Tapi ada yang belum. Saya lihat di menteri belum. Bisa saja kenapa tidak. Dengan kemampuan yang ada, bisa saja misalnya, tidak hanya di menteri bisa saja juga jadi duta besar atau di BUMN," ujar Jokowi beberapa waktu lalu.
Menurut Taufik, banyak figur angkata 98 yang bisa disodorkan kepada Jokowi menjadi menteri. Namun yang menonjol dan mewakili angkatan 98 antara lain, Sayed Junaidi Rizaldi Alhinduan, Wahab Tolauhu, Eli Samolo dan Adian Napitupulu. Namun belakangan, Adian mengaku tidak bersedia menjadi menteri dengan sejumlah alasan. Para aktivis tersebut bisa menempati posisi menteri ATR/BPN, Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau posisi lainnya.
"Stock menteri dari angkatan 98 cukup lumayan banyak, namun yg menonjol dan mampu merepresentasikan gerakan 98 ya, Adian, Sayed, wahab dan Eli. Jika Adian tidak bersedia, yang lainbisa menggantikan Adian sebagai calon menetri. Sebab, angkatan 98 juga harus berkiprah di DPR,'tambahnya.
Dalam siaran pers Rembuk Nasional Aktifis (RNA) 98, Aktivis 98 asal Palembang Sumatera Selatan Bambang Purnomo masih meyakini akan ada aktivis 98 yang masuk dalam jajaran pembantu presiden alias menteri. "Kita tak perlu meragukan komitmen Bapak Presiden Jokowi. Beliau sejauh pengamatan saya, sangat komit dengan janji-janjinya,"
Keyakinan Bambang yang juga Ketua Umum LSM Laskar Sumsel ini bukan tanpa alasan. Dalam berbagai kesempatan, Jokowi memang selalu menyebut-nyebut peluang anak muda untuk masuk kabinet, termasuk aktivis 98.
Namun Bambang mewanti-wanti agar aktivis yang masuk jajaran pembantu Jokowi bukan aktivis 98 jadi-jadian. Hal ini terlihat beberapa waktu belakangan ini. Menurutnya, banyak tokoh-tokoh di sekitar Jokowi yang mengklaim mereka bagian dari 98, padahal mereka bukan lagi mahasiswa saat itu dan kini Mereka hanyalah penumpang gelap yang perlu diwaspadai," tegasnya.
Bambang yang pernah kuliah di stisipol Candrdimuka Palembang juga menyebut nama-nama aktivis 98 yang pantas masuk jajaran Kabinet Jokowi, sebagaimana yang kerap beredar di berbagai media belakangan ini.
Menurutnya, ada 4 nama yang layak dan pantas masuk jajaran kabinet Jokowi. "Adian Napitupulu, Eli Salomo, Wahab Talaohu, dan Sayed Junaidi Rizaldi atau Pakcik adalah empat anak muda aktivis 98 yang sudah tidak perlu lagi diragukan eksistensi dan komitmennya untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Maruf dan mampu membuat perubahan karena merekalah adalah bagian dari pelaku reformasi yang harus diberi kesempatan.
Hal yang sama ditegaskan oleh aktifis 98 yang lain Konrat Helman Panjaitan. Dia mengatakan, ketika ada berita yang beredar bahwa kawan Adian Napitupulu menolak masuk kabinet karena lebih mau fokus ke legislatif maka harus aktifis 98 yang lain masuk ke kabinet periode kedua Jokowi ini.
“Dukungan yang diberikan aktifis 98 melalui kegiatan Rembuk Nasional Aktifis 98 tahun lalu itu sudah menegaskan komitmen 98 terhadap anti radikalisme intoleransi dan terorisme serta pernyataan bahwa Jokowi sebagai anak kandung reformasi,” ujanya
Konrat juga mengingatkan janji Jokowi kepada aktifis 98 pada acara halal bi halal aktifis 98 bersama Presiden bulan Juni 2019 lalu untuk menempatkan aktifis 98 sebagai menteri dalam kabinetnya. " Janji itu kita sebagai aktifis 98 tidak ragu kok bahkan kita bersyukur terhadap kepercayaan tersebut, yang perlu saya ingatkan adalah jangan sampai ada yang ngaku ngaku aktifis 98 yang ingin masuk ke kabinet juga sedangkan Jokowi kan tidak tahu, hal ini yang harus kita cegah,” tegasnya
Dalam sejarah pergerakan yang berujung dengan pergantian penguasa negara, banyak mantan aktivis yang direkrut menjadi menteri. Presiden Suharto banyak menempatkan aktivis angkatan 66 sebagai menteri. Tentu bukan sekadar balas jasa karena telah memberi dukungan. Bagi angkatan 98, menjabat posisi menteri tentu bisa mewujudkan cita-cita reformasi yang dulu mereka perjuangankan, yaitu; memberantas KKN dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan bukan sebaliknya, menjadi pejabat negara yang ingin memperkaya diri serta kroni dengan korupsi yang dulu jadi musuh aktivis 98.
Chairul Achir | Jakarta