Pasca ditutupnya pertambangan emas tanpa izin, puluhan kios dan tempat usaha milik warga di bawah puncak gunung Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Bolaang Mongondow, Sulawesi utara, juga ditutup. Warga yang menggantungkan hidup mereka sebagai penambang juga harus kehilangan pekerjaan. Kondisi puluhan kios serta serta sejumlah tempat usaha lainnya milik warga yang ada dibawah pegunungan Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, menjadi sepi. Padahal biasanya di tempat ini cukup ramai dikunjungi oleh para penambang emas.[caption id="attachment_238512" align="alignnone" width="900"] Suasana sepi di Desa Bakan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara (Foto:ANTV/ Rifandi Kamaru)[/caption]Puluhan kios serta tempat parkiran kendaraan ini terpaksa ditutup warga, pasca pemerintah daerah Bolaang Mongondow menutup paksa lokasi pertambangan emas tanpak izin sejak empat bulan lalu. Tidak hanya itu, warga setempat yang keseharianya hanya menggantungkan hidup mereka sebagai penambang emas tradisional juga harus kehilangan pekerjaan.[caption id="attachment_238513" align="alignnone" width="900"] Tak ada aktivitas penambang, Warung-warung ditutup (Foto: ANTV/ Rifandi Kamaru)[/caption]Salah satu warga Jun Mokoagow mengatakan, dengan adanya penutupan lokasi pertambangan tanpa izin ini sangat berdampak pada perekonomian warga setempat.“Warga di sini hanya bisa bekerja sebagai penambang. Pertambangan emas ditutup, warga kehilangan pekerjaan. Apalagi lahan pertanian seperti sawah yang diharapkan warga kini mengering serta diduga telah tercemar zat kimia dari perusahan tambang emas besar yang ada di Bolaang Mongondow, “ ujar salah satu warga Desa Bakan.Saat ini warga setempat hanya berharap dengan adanya penutupan lokasi pertambangan emas tanpa izin atau peti ini seharusnya pemerintah daerah dan provinsi juga mencarikan solusi bagaimana nasib masyarakat yang ada di lingkar tambang.Apalagi sejak ditutupnya lokasi pertambangan emas ini masyarakat yang biasanya perhari bisa menghasilkan uang Rp300.000 hingga Rp500.000, kini merugi, karena tak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Rifandi Kamaru | Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara