www.antvklik.com - Setelah sempat akan menerobos moda transportasi berteknologi tinggi di tanah air, kini proyek skyway alias Kereta Langit Indonesia yang digadang - gadang mampu menjadi moda transportasi di segala medan, akhirnya membekukan diri.
Pembekuan yang dilakukan perusahaan asal Rusia tersebut disebabkan tidak berjalannya proyek kereta langit di sejumlah negara, termasuk Dubai di Uni Emirat Arab dan Indonesia.
[caption id="attachment_150868" align="alignnone" width="300"] Jumpa pers terkait pembekuan PT Skyway Technologies Indonesia[/caption]
Guna menerobos segala medan perbukitan yang rawan banjir dan longsor, sebuah perusahaan teknologi asal Rusia memperkenalkan moda transportasi baru, yakni skyway alias kereta langit.
Kereta gantung super cepat yang mampu menerobos medan apapun itu rencananya akan dibangun perdana di Pelabuhan Jorong, Kalimantan Selatan, dengan menggandeng perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
[caption id="attachment_150871" align="alignnone" width="300"] Skyway memiliki berbagai model[/caption]
Sayangnya, belum sempat berjalan, proyek Skyway Indonesia akhirnya dibekukan.
[caption id="attachment_150872" align="alignnone" width="300"] Model lain skyway[/caption]
Menurut Agus Purnomo dari Badan Peneliti dan Pengembangan Teknologi (BPPT), pembekuan ini terkait audit yang tidak dilakukan pihak perusahaan.
Sementara pihak skyway sendiri tidak membantah pembekuan tersebut. “Pembekuan tersebut sudah menjadi keputusan kantor pusat di Eropa, lantaran beberapa faktor. Seperti proyek pengerjaan perdana di Dubai yang hingga kini tidak juga terealisasi, “ ujar Direktur PT Skyway Technologies Indonesia, Madinatul Fadhilah.
Sebelumnya, PT Skyway Technologies Indonesia berencana akan membangun kereta langit di Pelabuhan Jorong, Kalimantan Selatan. Diperkirakan, anggaran yang dihabiskan sebesar Rp 1,3 triliun.
Kereta gantung akan mengandalkan tiang pondasi besi baja sepanjang 10 kilometer. Nantinya moda transportasi ini akan difungsikan sebagai transportasi logistik dan orang agar lebih mudah diterapkan dan hemat pembiayaan.
Laporan: Syaiful Anwar dari Jakarta.