Perayaan Idhul Ghadir di Solo Dibubarkan Paksa

kelompok syiah dievakuasi (Foto : )

‎Massa gabungan dari berbagai elemen umat Islam di Solo, Jawa Tengah membubarkan kegiatan Jemaah Syiah. Panitia yang diduga tengah menyelenggarakan perayaan Idhul Ghadir tersebut menolak dibubarkan hingga suasana memanas. Polisi akhirnya mengevakuasi Jemaah Syiah. Proses evakuasi berlangsung lancar. Sedikitnya 202 orang peserta pengajian berhasil dikeluarkan petugas dengan aman.  Massa  pun berangsur pergi dengan tertib dari rumah di kampung Mertodanan, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Sebelumnya sempat terjadi perdebatan sengit antara massa dengan panitia pengajian kelompok Syiah yang diduga tengah merayakan hari Idul Ghadir, Kamis (20-9-2018) sore. Menurut catatan Situs Wikipedia , Idul Gadhir adalah sebuah perayaan yang dilangsungkan oleh Muslim Syiah untuk memperingati peringatan kotbah terakhir Nabi Muhammad s.a.w. di Ghadir Khum, yang terjadi pada 18 Zulhijah 10 H dalam kalender Islam. Dalam khotbahnya, dijelaskan di dalam "hadist kolam Khum", adalah dasar dari pendirian Syiah akan Hazrat Ali bin Abi Talib menjadi pewaris dari Nabi Muhammad. Sementara Muslim Sunni  meyakini  khotbah terakhir tersebut bukanlah dimaksudkan untuk menunjuk Ali bin Abi Talib sebagai Khalifah pengganti Rasulullah SAW. Situs konsultasisyariah.com menulis tentang peristiwa ghadir khum . Dalam hadis dari Zaid bin Arqam RA. Beliau bercerita, Suatu hari, Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan para sahabat, di pinggir sungai kecil yang bernama Khum. Lembah antara Mekah dan Madinah. Beliau memuji Allah dan memberikan nasehat kepada para sahabat. Kemudian beliau bersabda,

أَمَّا بَعْدُ، أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ، وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ ” فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: «وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي» فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ؟ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ، قَالَ: وَمَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ، وَآلُ جَعْفَرٍ، وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ: كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ ”Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya aku ini manusia biasa. Utusan Rabbku segera datang memanggilku sehingga aku harus memenuhinya. Kutinggalkan pada kalian dua hal yang berharga: pertama adalah kitab Allah, di dalamnya terkandung petunjuk dan cahaya, maka berpegang teguhlah pada kitab Allah sekuat tenaga kalian.” Zaid melanjutkan, “Lantas beliau menganjurkan agar mempelajari kitab Allah dan mencintainya. Kemudian beliau melanjutkan khutbahnya, ”Dan juga keluargaku. Aku ingatkan kalian untuk takut kepada Allah perihal keluargaku. Aku ingatkan kalian untuk takut kepada Allah perihal keluargaku. (beliau ulangi 3 kali).” Hushoin bertanya kepada Zaid, bertanya, “Siapakah keluarga Nabi itu, wahai Zaid? Bukankah istri-istri beliau juga termasuk keluarga beliau?” Zaid menjawab, ”Benar. Tetapi keluarga beliau adalah orang-orang yang haram menerima sedekah sepeninggal beliau.” Ia kembali beranya, ”Siapakah mereka?” Zaid pun menjawab, ”Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” Hushoin bertanya lagi, “Apakah mereka semua tidak boleh menerima sedekah?”Zaid menjawab,”Ya.” (HR. Muslim no 2408). Kelompok Sunni  maupun Syiah meyakini hadist ini.   Laporan Efendi Rois       .