Kunjungan Menhan AS ke Indonesia, Singgung Alutsista RI

amerika (Foto : )

www.antvklik.com - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Norman Mattis, melakukan kunjungan ke Indonesia pada tanggal 22-24 Januari 2018 mendatang. Selama berada di Indonesia, Menhan AS ini akan bertemu dengan Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu. Sejumlah isu akan dibahas saat kunjungan Mattis ke Jakarta, termasuk soal kerja sama Alat Utama Sistem Persenjataan atau alutsista antara RI dan AS.Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir mengatakan tujuan utama kunjungan Mattis ke Indonesia adalah dalam konteks peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara. Pada dasarnya, Indonesia dan Amerika telah memiliki kerangka kerja sama pertahanan sejak lama.“Beberapa isu yang akan dibahas terkait modernisasi Alutsista (alat utama sistem persenjataan) dan bekerja sama dalam memerangi terorisme," kata Arrmanatha di Gedung Kemlu, Jakarta Pusat, Jumat, 19 Januari 2018.Selain itu, dalam kunjungan menteri yang kerap disapa 'Mad Dog' atau 'Anjing Gila' ini, kedua menteri pertahanan juga akan membahas upaya memperkuat kerja sama dalam konteks Indo-Pasifik, untuk menciptakan kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil dan sejahtera.Mattis merupakan Menteri Pertahanan di pemerintahan Donald Trump yang memiliki pandangan kritis. Bahkan, Trump membandingkan pensiunan Korps Marinir Amerika ini dengan George Patton, Jenderal legendaris AS semasa Perang Dunia II.Dijuluki 'Mad Dog' atau Anjing Gila, lantaran pengkritik keras ini memiliki kebijakan di Timur Tengah pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama, khususnya terhadap Iran. Ia bahkan menyebut Iran sebagai 'ancaman tunggal paling abadi bagi stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah.Selain itu, Mattis pernah memimpin batalion tempur selama Perang Teluk I pada 1991 serta memimpin unit tempur khusus di wilayah selatan Afghanistan pada 2001.Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI mengungkapkan pihaknya ingin membangun aristektur di kawasan Indo Pasifik mengingat semakin berkembangnya tantangan antarnegara di bidang terorisme dan kejahatan lintas-negara.Apalagi bila melihat potensi ekonomi, kawasan ini bisa dikatakan belum digarap secara maksimal.