Antv – Pratikno, Menteri Sekretaris Negara, baru-baru ini menjadi pusat perhatian atas tuduhan sebagai otak strategi politik untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi), termasuk dalam memfasilitasi pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden.
Tuduhan ini diperinci dalam sebuah artikel opini di Majalah Tempo, yang menyoroti transisi Pratikno dari posisi akademis ke peran politik.
“Menteri Sekretaris Negara Pratikno adalah perwujudan paling brutal dari peringatan Kanselir Jerman 1871-1890 Otto Von Bismarck yang mengatakan bahwa politics ruins the character atau politik bisa merenggut karakter seseorang,” ujar Editor Senior Tempo Bagja Hidayat dalam kanal Youtube Tempodotco.
Menanggapi pemberitaan tersebut, Prabu Revolusi, Dosen Komunikasi Politik Pascasarjana di Universitas Paramadina, menyoroti pentingnya membedakan antara fakta dan spekulasi, terutama dalam konteks politik sensitif saat ini.
Prabu Revolusi mengkritik pemberitaan tentang peran Sekretaris Negara Pratikno sebagai operator politik Jokowi, menekankan pentingnya memahami konteks sensitif politik saat ini, menjelang pemungutan suara.
Dia menyoroti pentingnya etika jurnalistik, menuntut bahwa berita harus didasarkan pada data dan fakta yang dapat diverifikasi, serta sumber yang kredibel.
Prabu menekankan bahwa publik harus waspada terhadap timing pemberitaan dan mempertanyakan motif di baliknya, mengingat dampaknya yang potensial terhadap opini publik menjelang pemilihan.
“Jika memang pemberitaan yang kita angkat itu betul betul memiliki kepentingan bagi publik sehingga narasumbernya terancam nyawa misalnya jika diungkapkan maka narasumbernya narasumber anonim. Tetapi jika seperti itu maka sangat disarankan ruang redaksi tersebut atau pemberitaan tersebut harus mencantumkan dari mana informasi itu berasal” Ungkap Prabu.
Dia menambahkan bahwa tanpa dasar yang kuat, berita semacam itu bisa dianggap sebagai gosip dan berpotensi mempengaruhi pemilihan.
“Harusnya tidak boleh dasar pemberitaan, kecuali jika itu disebutkan bukan merupakan berita, tetapi opini redaksi atau editorial redaksi maka itu harus dijelaskan dengan sangat jelas hal tersebut adalah opini redaksi atau editorial redaksi. Kita sama sama tahu bahwa etika jurnalistik yang perlu dipatuhi” Lanjutnya.
Ujang Komarudin, ahli politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, memandang tuduhan terhadap Pratikno sebagai bagian dari strategi politik untuk menyerang Jokowi.
Komarudin menganggap Pratikno sebagai target karena kedekatannya dengan Jokowi, menunjukkan bahwa serangan politik terhadap sekutu dekat adalah taktik umum dalam politik.
"Ada upaya-upaya dari lawan-lawan politik Jokowi untuk menghajar, melumpuhkan, termasuk mengalahkan Jokowi. Salah satu sasaran tembaknya ya Pratikno. Salah satu pintu masuknya ya Pratikno ke Jokowi. Salah satu orang kepercayaan Jokowi," ujarnya.
Komarudin juga mengomentari perdebatan seputar kemungkinan seorang mantan rektor menjadi pengendali strategi politik, menyatakan bahwa hal tersebut bisa benar atau salah dan memerlukan analisis yang objektif.
Prabu dan Komarudin sama-sama menekankan pentingnya kritisisme dan analisis yang teliti dalam menghadapi tuduhan politik, terutama saat mendekati pemungutan suara, untuk memastikan bahwa diskusi politik tetap berlandaskan pada fakta dan etika jurnalistik.