Prabowo Miliki Jumlah Elektabilitas yang Tinggi, Akankah Menjadi Jaminan Menang di Pilpres 2024?

Prabowo Miliki Jumlah Elektabilitas yang Tinggi, Akankah Menjadi Jaminan Menang di Pilpres 2024? (Foto : Istimewa)

Antv – Pada 14 Februari, Indonesia, sebagai demokrasi terbesar ketiga di dunia, akan mengadakan pemilihan umum yang signifikan.

Pemungutan suara ini akan menentukan pengganti Presiden Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, dan terkenal dengan popularitasnya.

Jokowi tidak dapat mencalonkan diri lagi setelah menjabat dua periode.
Pemilihan ini tidak hanya untuk presiden, tetapi juga untuk anggota DPR, gubernur, dan legislatif daerah.

Dengan lebih dari 204 juta warga Indonesia yang memenuhi syarat untuk memilih, yang tersebar di lebih dari 14.000 pulau, partisipasi pemilih diperkirakan akan tinggi.

Meskipun Indonesia adalah demokrasi yang relatif muda dan dinamis, negara ini menghadapi tantangan, termasuk penurunan dalam praktek demokratis, peningkatan kronisme, dan politik dinasti, meskipun di bawah kepemimpinan Jokowi telah terjadi pertumbuhan ekonomi.

Tiga calon presiden telah mengumumkan pencalonan mereka. Jika tidak ada yang memperoleh lebih dari 50% suara di putaran pertama, pemilihan akan berlanjut ke putaran kedua yang dijadwalkan pada bulan Juni.

Media internasional seperti The Economist memberikan perhatian khusus pada pemilu ini. Mereka menyediakan update terkini termasuk jajak pendapat, profil singkat setiap kandidat, dan analisis tentang dampak pemilu Indonesia bagi negara dan dunia secara lebih luas.

Selain itu, mereka juga meliput pemilihan pendahuluan Partai Republik di Amerika Serikat dan jajak pendapat pemilu di Inggris, memberikan pandangan yang luas tentang dinamika politik global.

 
Prabowo Subianto, seorang mantan komandan pasukan khusus berumur 72 tahun yang memiliki kekayaan besar dan pernah berhubungan dengan keluarga Suharto melalui pernikahan, telah berkomitmen untuk meneruskan warisan pembangunan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.

Prabowo, yang kalah dua kali dalam pemilihan presiden melawan Jokowi sebelum kemudian diangkat menjadi menteri pertahanan, kini mendukung prinsip-prinsip "Jokowinomics", yang berfokus pada pembangunan infrastruktur.

Selain itu, ia juga memilih Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi yang berusia 36 tahun, sebagai pasangan dalam pencalonannya, meskipun harus ada pengecualian dari Mahkamah Konstitusi Indonesia, dipimpin oleh kerabat Jokowi, mengenai batas usia minimum kandidat.

Dikenal karena temperamennya yang kuat, Prabowo kini berusaha mengubah citranya menjadi seorang kakek yang lembut dan pecinta kucing, sambil tetap mempertahankan pesan nasionalisnya.

Hal ini menarik bagi sebagian pemilih yang tidak mengenal sejarah Prabowo yang kontroversial, termasuk keterlibatannya dalam pelanggaran hak asasi manusia di Timor-Leste dan penculikan aktivis demokrasi di era akhir pemerintahan Suharto.

Meski kebijakan luar negerinya masih belum jelas, Prabowo menjanjikan fokus yang lebih besar pada isu keamanan dan pertahanan, yang menjadi aspek penting dalam kampanyenya.

Sedangkan Anies Baswedan, yang berusia 54 tahun, memiliki latar belakang sebagai rektor universitas, menteri pendidikan, dan gubernur Jakarta. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga aktivis politik Muslim dan memiliki pendidikan dari Amerika, yang membentuk pandangannya yang progresif.

Selama kepemimpinannya di Jakarta, Anies berfokus pada peningkatan infrastruktur anti-banjir, menyediakan makanan sekolah gratis untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, dan menunjukkan respons cepat terhadap pandemi COVID-19.

Namun, dalam kampanyenya untuk menjadi gubernur, ia terlibat dalam politik identitas yang kontroversial, menargetkan petahana yang merupakan etnis Tionghoa dan beragama Kristen, yang menimbulkan keraguan di antara pendukungnya tentang komitmen terhadap inklusivitas.
 
Dalam kampanyenya untuk presiden, Anies menikmati popularitas di Jakarta, tetapi untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas di daerah seperti Jawa Timur, ia bergantung pada partai-partai pendukung.

Ia telah bermitra dengan Muhaimin Iskandar, ketua partai Islam terbesar, dan menerima dukungan dari kelompok-kelompok Muslim konservatif.

Namun, Anies juga harus menarik dukungan dari pemilih moderat di kota-kota besar, yang ia dekati dengan menonjolkan diri sebagai teknokrat yang ahli.

Dengan pengalaman dalam urusan internasional, Anies berambisi meningkatkan pengaruh Indonesia baik di tingkat regional maupun global.

Dan yang terakhir Ganjar Pranowo, yang berusia 55 tahun dan menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah untuk dua periode, dikenal sebagai sosok modern dan dekat dengan rakyat.

Ia bukan berasal dari keluarga politik terkemuka, namun berhasil memperoleh dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan pemimpinnya, Megawati Sukarnoputri, putri pendiri negara dan mantan presiden Indonesia.

Ganjar, yang memiliki reputasi sebagai teknokrat yang ramah, mengandalkan strategi kampanye yang berakar pada pendekatan langsung dan interaksi dengan rakyat.

Dalam strategi kampanyenya, Ganjar memulai dari Papua, daerah paling timur di Indonesia, mengadopsi metode kampanye "blusukan" yang pernah digunakan oleh Jokowi, dengan kunjungan dadakan ke pasar-pasar dan tempat umum lainnya untuk bertemu langsung dengan masyarakat.

Untuk posisi calon wakil presiden, ia telah memilih Mahfud MD, Menteri Koordinator Keamanan di era Jokowi.

Fokus Ganjar dalam kebijakan luar negerinya adalah pada prinsip "bebas dan aktif", dengan janji untuk meningkatkan keamanan di kawasan maritim Indonesia yang luas.

Strategi ini mencerminkan pendekatannya yang langsung dan berorientasi pada peningkatan keamanan serta kedaulatan wilayah.