Aktris Marshanda diketahui kini tengah mengidap penyakit yang cukup serius, yaitu bipolar. Lalu jenis penyakit apakah itu? Simak penjelasannya di bawah. Salah satu aktris pesohor tanah air, Marshanda diketahui kini ia sedang mengidap penyakit bipolar. Ia pun sempat mengaku mengalami berbagai macam gejala dari penyakit tersebut. Lalu seperti apakah penyakit bipolar ini? Dilansir dari Mayoclinic Senin, 27 Juni 2022, gangguan bipolar sebelumnya disebut depresi, adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrim, mencakup emosi tinggi (mania atau hipomania) dan terendah (depresi). Terdapat dua fase dalam gangguan bipolar, yaitu fase mania (naik) dan depresi (turun). Pada periode mania, pengidapnya jadi terlihat sangat bersemangat, enerjik, dan bicara cepat. Sedangkan pada periode depresi, pengidapnya akan terlihat sedih, lesu, dan hilang minat terhadap aktivitas sehari-hari. Ketika mengalami depresi, mungkin bisa merasa sedih atau putus asa dan kehilangan minat atau kesenangan dalam sebagian besar aktivitas. Ketika suasana hati berubah menjadi mania atau hipomania (tidak terlalu ekstrem dibandingkan mania), mungkin merasa euforia, penuh energi, atau sangat mudah tersinggung. Perubahan suasana hati ini dapat memengaruhi tidur, energi, aktivitas, penilaian, perilaku, dan kemampuan berpikir dengan jernih. Beberapa ahli berpendapat, bahwa kondisi bipolar bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat pengontrol fungsi otak. Ada juga yang berpendapat bahwa gangguan bipolar tersebut berkaitan dengan faktor keturunan. Beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar diantaranya mengalami stres tingkat tinggi, trauma, kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang, dan Memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orang tua) yang mengidap gangguan bipolar. Gejala gangguan bipolar mirip dengan kondisi lain, seperti penyakit tiroid, serta dampak dari kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA. Pemeriksaan yang dilakukan bisa dengan metode wawancara ke keluarga atau kerabat pengidap gangguan bipolar. Wawancara ini terkait gejala, seperti sejak kapan dan seberapa sering gejala muncul. Kemudian, pengidapnya akan dirujuk ke psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa. Psikiater akan melakukan beberapa pengamatan terkait pola bicara, berpikir, dan bersikap. Psikiater juga mungkin menanyakan riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit, hingga pola tidur. Pengidapnya juga mungkin akan diberikan kuesioner yang dapat diisi. Saat hasil pemeriksaan dirasa cukup, psikiater kemudian akan mengklasifikasikan kondisi seseorang berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Penyakit bipolar ini tentunya bakal bersesiko jika dibiarkan, seperti menyebabkan perubahan suasana hati yang lebih lama dan lebih parah. Misalnya, episode depresi terkait bipolar dapat bertahan hingga 6 bulan, sedangkan episode mania dapat bertahan hingga 4 bulan tanpa perawatan berkelanjutan. Pengidap bipolar juga lebih berisiko untuk mengalami hal-hal seperti penyalahgunaan zat (misalnya, alkohol atau obat-obatan), kecemasan, kondisi jantung dan kardiovaskular, diabetes, berat badan yang tidak sehat, dan pikiran untuk bunuh diri. Penyakit bipolar adalah penyakit seumur hidup dan gejalanya bisa datang sewaktu-waktu. Perawatan jangka panjang dan berkelanjutan dapat membantu pengidapnya mengelola gejala-gejala ini. Salah satunya bisa dengan obat yang sesuai dengan resep dokter, lalu melakukan psikoterapi, Electroconvulsive Therapy (ECT), yaitu prosedur stimulasi otak yang dapat membantu pengidap bipolar yang mengalami gejala cukup parah. Lalu Transcranial magnetic stimulation (TMS), yaitu cara pengobatan yang terbilang baru untuk stimulasi otak dengan menggunakan gelombang magnetic. Penyebab pasti gangguan bipolar belum diketahui, sehingga pencegahannya pun belum ditemukan. Meski begitu, seseorang yang mengalami gejala bipolar sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Jika memiliki riwayat keluarga dengan gangguan bipolar, penting untuk mewaspadai tanda-tanda bipolar sedini mungkin. Hindari mengonsumsi zat yang dapat memicu episode mania atau depresi, seperti kafein dalam jumlah berlebih, kokain, ekstasi, dan amfetamin.
Mengenal Apa Itu Bipolar, Penyakit yang Diidap Marshanda
Senin, 27 Juni 2022 - 20:28 WIB
Baca Juga :