Dalam menulis, tak seorang pun yang bisa menghentikan Rosihan, kecuali Tuhan. Bahkan, dia sempat dibui lantaran perjuangannya di masa penjajahan Jepang kala itu.Tidak hanya menulis untuk media masa, Rosihan juga melahirkan banyak buku. Misal, buku terakhirnya, Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia: Jilid 1-4.Para kerabat menyebut Rosihan Anwar adalah seorang pejuang kemerdekaan, pemikir, pelaku dan pencatat sejarah, termasuk guru para wartawan. Banyak yang menjadikannya sebagai sosok teladan, bahkan hingga saat ini.Rezim pemerintahan Soekarno maupun Soeharto hanya berhasil membunuh surat kabarnya, Harian Pedoman, namun kedua pemimpin besar Indonesia itu tak bisa 'mengalahkannya'.Rosihan tetap melakoni pekerjaannya sebagai wartawan, mengkritisi rezim siapapun yang menjalankan pemerintahan di Indonesia. Dan benar saja, pada 14 April 2011, Rosihan berhenti menulis. Ia meninggal dunia di hari Kamis pagi, tepat pukul 08.23 WIB, di Jakarta. Ia meninggal dunia kurang dari sebulan menjelang ulang tahunnya yang ke-89.Ia diduga terkena gangguan jantung dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan. Karier di Perfilman Indonesia Pada tahuh 1950, Rosihan Anwar bersama Usmar Ismail ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Ia lalu memproduksi beberapa film.Dalam film pertamanya bertajuk 'Darah dan Doa', Rosihan sekaligus tampil sebagai salah satu tokoh figuran. Ia kemudian menjadi produser film 'Terimalah Laguku'.Sejak akhir 1981, ia mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai akhir hayatnya. Karier Rosihan Anwar
Mengenang 100 Tahun Rosihan Anwar, Keluarga Gelar Doa Bersama
Kamis, 12 Mei 2022 - 14:58 WIB
Baca Juga :