Tahu dan tempe mahal. Sedang susah dicari di pasar. Media pun sedang “menggoreng” kelangkaan tahu dan tempe. Sebentuk makanan terdepan sajian lauk-pauk di meja makan rakyat negeri ini. Menjadi gorengan adalah nasib purba tahu dan tempe. Sebelum emak-emak kita mampu membuatnya menjadi bacem, terik, mendoan, semur dan lainnya.Tahu dan tempe bukan makanan ekslusif. Keduanya makanan berjuta “umat”. Yang selalu nikmat jika dilumat.Mulut siapa di negeri ini yang belum pernah menelan tahu dan tempe? Mungkin hanya mulut mungil orok dan orang alergi kedelai yang tak makan tahu dan tempe.Rumah pun begitu. Hampir semua rumah di negeri ini dimasuki tahu dan tempe. Dari mulai rumah makan reyot di pinggir got, rumah sakit, rumah tahanan, rumah gedongan, rumah kawan hingga rumah mantan, semuanya menyajikan tahu dan tempe sebagai lauk dan penganan kesukaan ketika sudah menjadi gorengan.Sepertinya, hanya rumah kosong dan rumah pemotongan hewan saja yang tidak kerasukan tahu dan tempe.Luar biasa memang tahu dan tempe. Makanan berbahan baku kedelai dicampur ragi itu. Pesaingnya cuma mie instan dalam perkara selera dan jumlah pemakannya.Berita melaporkan, tahu dan tempe tidak ditemui di pasar. Banyak pedagang tidak menjualnya. Stok habis dan pasokan dari produsen pengrajin berkurang.Alasannya kedelai sedang mahal. Sedang ada masalah pasokan import. Cuaca sedang buruk, permintaan global sedang tinggi, negara peng-import juga lagi butuh.Pembuat, pengrajin dan produsen tahu tempe kesal, mogok dan protes. Pedagang ikut-ikutan. Tempo.co mengabarkan, pengrajin tempe di Kampung Tempe Sunter Jaya, Kampung Rawa Johar Baru, mogok produksi.Kompas.com pun kemarin meliput banyak pasar di Jakarta Pusat tak menjual tahu dan tempe. Diantaranya Pasar Kebon Melati, Palmerah, Tanah Abang Blok G, Lontar, Gembrong, dan Pasar Johar Baru.Ada kekhawatiran permasalah tahu dan tempe meluas. Makin sulit ditemui dan aksi mogok besar-besaran produksi terjadi pekan ini.Wartawan ANTV memantau. Kabar keresahan bukan saja sudah terjadi kepada produsen dan pedagang.Masyarakat pun mulai resah, “Pantes kemarin istriku ngrumpi-ngomel tentang tahu dan tempe bersama teman-temannya dan tukang sayur.Rupanya lagi mahal..? Ampun, dah.” celetuk Ucok, kawan penulis, saat penuis sedang menyelesaikan tulisan ini.Pemerintah bukannya tak turun tangan. Kabar terakhir, Menteri Perdangangan M. Lutfi, berniat menjembatani masalah harga kedelai antara importir dan pelaku pasar tahu dan tempe agar muncul harga yang wajar dan situasi kembali normal.“Sekarang saya sedang menjembatani antara perajin, antara importir dan pedagang di pasar dan akan mengumumkan kepada mereka harga wajar dari padada tahu dan tempe itu berapa,” ungkap Menteri Lutfi dalam video unggahan akun Instagram Menteri BUMN Erick Thohir @erickthohir, saat mengunjungi dan mengecek harga-harga kebutuhan pokok di Pasar Purworejo, Jawa Tengah, Selasa, (22/2/2022).Harga impor kedelai saat ini US$ 15,86 per bushel. Sampai di perajin menjadi Rp 11.500/ kg. Mereka agak nyaman kalau harga dibawah Rp. 10.000,-.Harga sebesar itu membuat perajin tahu dan tempe serba salah berproduksi. Pasar menolak. Dikecilkan ukurannya pun bikin bukan solusi.Kebijakan cepat pemerintah lagi-lagi dibutuhkan. Sehingga aksi mogok tak meluas dan pelaku pasar dan masyarakat tidak makin resah.Kedengerannya mungkin sepele. Masalah tahu dan tempe saja bikin ribut. Namun perlu diingat, , tahu dan tempe itu dari kedelai.Pasar kedelai adalah pasar internasional. Komoditinya seksi di ranah ekspor dan impor dunia. Bukan komoditi sembarangan.Terhormat loh, tahu dan tempe berbahan kedelai itu, selain nilai gizinya tinggi, permintaannya banyak dan disukai banyak orang.Makanya, jangan dianggap sepele orang yang suka memamah tahu dan tempe.
Kehormatan Tahu dan Tempe
Rabu, 23 Februari 2022 - 12:56 WIB
Baca Juga :