MUI Imbau Para Mualaf Jangan Menjelekkan Agama yang Pernah Dianutnya

MUI Imbau Para Mualaf Jangan Menjelekkan Agama yang Pernah Dianutnya (Foto Ilustrasi) (Foto : )

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, KH Cholil Nafis mengimbau kepada para mualaf (orang yang baru memeluk agama Islam). Yakni agar bijaksana dalam menyampaikan isi ceramahnya. Terlebih ketika menyinggung agama yang dianut sebelumnya. Hal ini merespon kasus penodaan agama yang menjerat Yahya Waloni. Ia dilaporkan ke Bareskrim Polri karena ceramahnya yang dinilai provokatif dan membenturkan agama yang baru dianutnya dengan agama sebelumnya."Ini yang sering saya sampaikan bagi teman-teman yang baru jadi mualaf, sampaikan yang tahu, yang pasti benarnya. Yang kemudian, jangan menjelekkan agama yang pernah dipeluknya. Apalagi membenturkan agama yang baru yang diyakini dengan agama yang pernah dipeluknya itu," kata Cholil. dalam Apa Kabar Indonesia Malam tvOne, Sabtu (28/8/2021), seperti dikutip dari VIVA.co.id.Cholil menekankan kepada masyarakat di setiap kegiatan pengajian, agar mengundang sosok penceramah yang memberikan inspirasi dan memahami agama. Bagi dia, penting jangan mengundang penceramah yang muatan pernyataannya kontroversi."Undanglah penceramah-penceramah yang memberikan inspirasi. Penceramah-penceramah yang memang mengerti agama. Bukan yang memprovokasi," ujar Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.MUI, terang Cholil, sejatinya memiliki standar bagi penceramah. Namun, MUI tak bisa melarang seseorang untuk menjadi penceramah atau dipanggil ustaz.Menurutnya, tidak ada aturan yang membuat MUI bisa melarang klaim ustaz atau penceramah yang diundang sendiri oleh masyarakat.Padahal, sebutan ustaz di Timur Tengah adalah mereka yang ahli di bidang agama, sekelas profesor."Di sini, orang sering ke masjid lalu jadi takmir masjid, sudah jadi ustaz. Jadi, ya men-downgrade lah, memperendah istilah ustaz itu sendiri," ungkapnya.