Di masa pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi COVID-19 atau seperti yang kita kenal dengan PPKM, pelaku usaha adalah kelompok yang sanngat terdampak. Selain karena peraturan yang berlaku saat ini membatasi jumlah pengunjung ke restaurant dan pusat perbelanjaan, daya beli pun diasumsikan menurun.Kaya ID sebagai inkubator bisnis yang fokus kepada pelaku UMKM, memberikan kesempatan kepada para pelaku UMKM terpilih untuk melakukan konsultasi bisnis virtual melalui tayangan live Instagram mereka dari Rabu (25/8/2021) sampai hari ini, Jumat (27/8/2021) dari pukul 19.00-20.00 WIB.Ini merupakan rangkaian cara dalam memperingati hari UMKM nasional yang jatuh pada 12 Agustus 2021 lalu.Pada Rabu (25/8) Business Consultation 1 on 1 memberikan kesempatan bagi Nur Hidayat, pemilik kedai kopi Malindo Lara asal Palu, Sulawesi Tengah, Steven pemiliki 21 Factory Gelato asal Jakarta, dan Ilham pemilik Calzone asal Jakarta Selatan.Ketiganya berkesempatan langsung berkonsultasi bisnis bersama Nita Kartika Sari, CEO dan Founder Kaya ID.[caption id="attachment_489848" align="aligncenter" width="900"] Live IG saat ketiganya berkesempatan langsung berkonsultasi bisnis bersama Nita Kartika Sari, CEO dan Founder Kaya ID (Foto Tangkap Layar)[/caption]Menghadapi masa PPKM yang membatasi aktivitas masyarakat di sebagian besar wilayah di Indonesia, Nita menyarankan kepada para pelaku UMKM untuk melakukan interview kepada para pelanggannya, khususnya pelanggan makanan dan minuman agar lebih memahami perubahan gaya hidup di saat PPKM ini.“Khusus untuk pelaku usaha di Palu, perlu riset perilaku konsumen Palu seperti apa. Misalnya kalau mereka tidak lagu berkumpul makan dan minum di luar, bisa jadi perilakunya berubah menjadi berkumpul bersama keluarga, sehingga pengusaha kopi seperti Hidayat bisa membuat paket produk untuk keluarga,” saran Nita kepada Nur Hidayat pelaku usaha kedai kopi di Palu.Kesulitan untuk memasarkan produk di masa pandemi ini juga dialami oleh Steven dan Ilham yang sama-sama pelaku bisnis makanan dan minuman di Jakarta. Mereka mengakui, meski telah mencoba masuk ke ranah digital seperti masuk platform e-commerce dan GoFood ataupun Grab Food, masih memiliki tantangan menentukan product market fit, atau produk yang cocok untuk pasar mereka.Nita menyarankan kepada para pelaku usaha makanan dan minuman, bahwa saat ini jangan terpaku pada demografi atau rentang usia konsumen, tapi fokus pada gaya hidup pelanggan mereka.Tentunya dengan kondisi PPKM di masa pandemi ini, ada perilaku yang berubah misalnya, pelanggan lebih suka memesan makanan dan minuman secara online.Bagi Steven yang menjanjikan bahwa produk ice cream gelato mampu bertahan selama dua jam perjalanan, maka hal ini bisa jadi kekuatan pemasaran produknya. Asalkan tetap mampu mempertahankan kualitas ice cream gelato yang dijualnya tetap utuh sampai ke tangan konsumen dalam waktu dua jam, maka ini akan jadi jawaban bagi pecinta ice cream yang selama ini enggan memesan ice cream gelato secara online karena khawatir ice cream meleleh saat pengiriman.“Target konsumen tidak bisa hanya pilah-pilih berdasarkan rentang usia, tapi perlu mencari tahu gaya hidup mereka. Cobalah melakukan riset apakah produk yang kita tawarkan cocok dengan gaya hidup mereka, sehingga saat kita fokus memetakan segmen gaya hidup konsumen, maka rentang usia calon pelanggan kita akan menjadi lebih luas. Dengan begitu daya beli calon konsumen produk juga lebih tinggi, karena produk tidak hanya masuk di kalangan usia tertentu saja,” saran Nita. (Adv)