Pelatih Eng Hian ungkap tekanan saat ganda putri berlaga di Tokyo 2020. Pengakuan pelatih Eng Hiang mendampingi Greysia Polii/Apriyani Rahayu raih emas Olimpiade Tokyo 2020. Pebulutangkis ganda Putri Indonesia Greysia Pollii/Apriyani Rahayu hingga saat ini tidak percaya jika mereka berhasil menjadi juara Olimpiade. Greysia/Apriyani yang ditempatkan sebagai pemain non unggulan berjuang keras dari awal hingga akhir Olimpiade Tokyo, didampingi sang pelatih Eng Hian.Sebagai pemain yang tidak diunggulkan, pencapaian pasangan ganda putri Indonesia Greysia/Apriyani memang membuat banyak pihak terkejut. Bahkan Greysia/Apriyani juga tidak menyangka mereka merebut juara saat melakukan selebrasi dengah pelatih Eng Hiang, setelah mengalahkan lawannya ganda putri China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dalam final Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021).Pelatih ganda putri Pelatnas PBSI Cipayung, Eng Hian, menceritakan perjuangan atletnya dalam Olimpiade Tokyo 2020 yang harus menghadapi tekanan kala berjuang dalam ajang olahraga terbesar di dunia itu.Menurut Pelatih Eng Hian, tekanan dari Olimpiade kali ini bertambah akibat ada pandemi COVID-19 sehingga atlet tidak hanya dituntut siap bertanding dengan performa terbaik, tapi juga harus mewaspadai musuh yang tak terlihat."Sebelum bertanding kami sudah terbebani pikiran apakah lulus uji COVID atau tidak. Belum bertemu lawan sudah ada yang dipikirkan," kata Eng Hian lewat diskusi virtual PBSI.Dia menceritakan, setiap hari atlet akan menjalani uji COVID-19 dengan metode pemeriksaan saliva atau air liur. Apabila atlet diketahui positif, maka otomatis terdiskualifikasi dari pertandingan yang sedang diikuti."Namun saya cukup kaget dengan mereka, karena bisa melewati laga tanpa ada pikiran yang terlalu jauh. Yang penting adalah mereka ternyata bisa enjoy meski berlaga di masa sulit seperti sekarang," ungkap Eng Hiang.Selain itu, Pelatih Eng Hian juga sempat tertekan saat melihat data statistik pertandingan Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan ganda putri lainnya pada fase grup dan fase gugur.Secara teori di atas kertas, performa dan catatan pertandingan Greysia/Apriyani hanya lebih unggul dibandingkan pasangan Chloe Birch/Lauren Smith dari Inggris.Bagi ganda putri peringkat enam dunia itu, kesuksesan meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 ternyata dilalui dengan tetap fokus dan tidak membebani mental.Saat berlaga, mereka tidak ingin dibayangi "tugas negara" meraih medali karena hal itu bisa mengganggu fokus dan menambah beban pikiran yang akan memberatkan mental bertanding."Sebelum tanding saya hanya pikirkan jaga fokus dan pikiran, karena pasti akan pengaruh di lapangan. Saya hanya siapkan itu (fokus) saja, tidak mau memikirkan hal lain. Kalau (berpikir) terlalu jauh bisa ganggu pikiran," kata Apriyani.Dengan bermain tanpa beban, mereka benar benar menjadi kuda hitam sejak di babak penyisihan grup bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020. Greysia/Apriyanipun berhasil tampil sebagai juara Grup A untuk melangkah ke babak 16 besar.Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mengalahkan unggulan pertama Yuki Fukushima/Sayaka Hirota asal Jepang di pertandingan ketiga Grup A Olimpiade Tokyo 2020. Dengan kemenangan ini, pasangan Indonesia berarti menyapu bersih 3 pertandingan di fase grup.Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mengalahkan unggulan nomor 1 Olimpiade Tokyo 2020, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota lewat permainan tiga gim 24-22, 13-21, 21-8, Selasa (27/7) pagi WIB.Hasil ini membuat Greysia/Apriyani lolos sebagai juara grup A di penyisihan grup ganda putri badminton Olimpiade Tokyo 2020.
Pelatih Eng Hian Ungkap Tekanan Saat Ganda Putri Berlaga di Tokyo 2020
Senin, 9 Agustus 2021 - 15:11 WIB
Baca Juga :