PT Uni-Charm Indonesia Tbk telah meluncurkan konsep new life style yaitu “Ethical Living for SDGs” yang tidak hanya memberikan kenyamanan bagi banyak konsumen, tetapi juga secara konkrit bertujuan untuk mencapai SDGs (Sustainable Development Goals).
Ethical Living for SDGs bertujuan untuk menjadi perusahaan yang maju dan beretika untuk lingkungan di mana setiap orang dapat hidup dengan nyaman, yang kami targetkan pertama-tama untuk dipenetrasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Selain itu , PT Uni-Charm Indonesia Tbk bertujuan untuk mencapai SDGs dengan mengusulkan Ethical Living for SDGs.
Latar belakang Ethical Living for SDGs = berbagai issue yang terpendam Indonesia
Di satu sisi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat telah memungkinkan untuk menjalani kehidupan yang nyaman dan sejahtera, namun tanpa kita sadari, ada berbagai issue yang terjadi di lingkungan tempat kita tinggal maupun dalam skala global.
Sebagai salah satu contoh, jumlah sampah di Indonesia sekitar 67 juta ton, dimana sekitar 7,2 juta ton adalah sampah plastik, dan jumlah sampah yang dibawa ke TPA semakin meningkat dari tahun ke tahun, yang diprediksi bahwa kapasitas akan mencapai batasnya.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Indonesia dikatakan sebagai negara dengan jumlah sampah plastik laut terbesar kedua di dunia.
Kami percaya bahwa kami tidak boleh lepas dari tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap masalah lingkungan untuk menjadikan bumi tempat yang nyaman bagi anak-anak yang akan menikmati kehidupan di masa depan," ujarnya dalam Virtual Conference PT Uni-Charm Indonesia Tbk. Memperkenalkan Konsep New Lifestyle yaitu “Ethical Living fo SDGs” untuk Berkontribusi dalam Menciptakan Masa Depan yang Cerah, Rabu (28/7/2021).
Bila tetap dalam kondisi seperti ini, bahkan budaya dan adat istiadat yang telah kita kembangkan selama bertahun-tahun pun dapat menghilang dari dunia.
Di lain pihak, menurut laporan McKinsey, lebih dari 60% konsumen di Indonesia bersedia membayar biaya tambahan untuk merek ramah lingkungan, di mana trennya lebih tinggi daripada negara lain di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini terutama berlaku bagi anak muda, khususnya generasi milenial.
Konsep Ethical Living for SDGs
Yuji Ishii, Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk, mengumumkan "Konsep Ethical Living For SDGs, dengan menangkap isu lingkungan di Indonesia dan minat konsumen terhadap produk ramah lingkungan dan green (hijau).
"Dengan bertujuan untuk berkontribusi langsung dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan dengan mengusulkan konsep gaya hidup baru yang menerapkan “Kebaikan kecil” yang dapat dengan mudah berkontribusi ke dalam kehidupan, dan mengambil langkah baru dari hal kecil dengan memanfaatkan teknologi terkini," ujarnya.
Logo dan Elemen yang terkandung dalam Ethical Living for SDGs
Logo Ethical Living for SDGs terdiri dari 12 elemen dan mengandung semua pemikiran menuju perwujudan SDGs.
1. Aktivitas perusahaan untuk dikembalikan pada masyarakat
2. Eksplorasi inovasi untuk mewujudkan kehidupan yang makmur
3. Perasaan saling menghormati dan menerima perbedaan
4. Hubungan antar manusia, orangtua dan anak , perawat dan yang dirawat dll
5. Kebijaksanaan untuk menyediakan pengetahuan yang benar
6. Ketenangan pikiran melalui keadilan dan keamanan
7. Matahari sebagai sumber energi alam
8. Keberlanjutan pemakaian ulang sumber daya
9. Realisasi lingkungan yang makmur
10. Konservasi lingkungan dan sumber daya laut serta pemeliharaan keanekaragaman hayati
11. Pemanfaatan hutan secara berkelanjutan
12. Perhatian dan kontribusi pada kesejahteraan dengan menganggap binatang sebagai partner.
Upaya Nyata Ethical Living for SDGs
Selama Ini Upaya nyata pertama dari Ethical Living for SDGs adalah Peluncuran produk Charm and Protect Pollution Mask dalam edisi terbatas yang menggunakan kemasan dari kertas daur ulang 100% untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni 2021). Pemanfaatan kertas daur ulang 100% adalah upaya pertama yang dilakukan Unicharm Group.
Upaya Nyata Fase Kedua dalam Ethical Living for SDGs
Selain itu, dalam upaya kedua ini kami jalankan aktivitas untuk menambah opsi dalam memecahkan berbagai masalah.
Dalam tumpukan sampah di Indonesia, selain sampah organik, tercampur juga sampah popok sekali pakai, dengan mengacu pada contoh pengolahan sampah organik menggunakan larva Black Soldier Fly (Maggot), kami telah melakukan verifikasi bahwa sampah popok sekali pakai (pulp) dapat dikurangi, dengan membuat larva tersebut memakan popok sekali pakai (pulp) yang disakarifikasi menggunakan selulase (enzim).
Maggot BSF ini mempunyai ① Kapasitas penguraian sampah organik sangat tinggi. Artinya, memiliki kemampuan untuk terurai dengan kecepatan tinggi.② Larva yang menguraikan sampah organik dengan kecepatan tinggi dan tumbuh menjadi pakan yang baik dengan kandungan protein tinggi, sehingga dapat menjadi solusi yang efisien, murah dan ramah lingkungan dan kami menganggap ini sesuai untuk proses pengolahan popok sekali pakai (pulp) juga.
Bahan untuk popok sekali pakai umumnya terdiri dari pulp seperti kapas, plastic dan polimer.
Untuk memudahkan maggot dalam memakan bagian pulp dari popok sekali pakai, kami melakukan proses sakarifikasi pulp dengan selulase (enzim).
Hasilnya, dipastikan bahwa Maggot yang dimasukkan ke dalam popok sekali pakai yang diproses sakarifikasi bertumbuh dengan lebih baik, dan bahwa pertumbuhannya tersebut dipercepat dengan mencampurkan sampah organik.
Profesor Ishibashi dari Universitas Prefektur Kumamoto telah mendukung laporan ini, bahwa “Maggot dapat memakan Pulp yang diolah dengan Selulosa, memilah bagian Plastik (non woven, polimer dll.) dan kotoran Maggot dan dapat didaur ulang“.
Eksperimen ini merupakan eksperimen pertama yang dilakukan oleh perusahaan FMCG Indonesia sebagai langkah nyata kedua dari Ethical Living for SDGs , ini bertujuan untuk menemukan cara mengurai popok sekali pakai tanpa membuangnya sebagai solusi konkrit masalah sampah, yang efisien, murah, dan ramah lingkungan.
Untuk mewujudkan daur ulang popok sekali pakai di Indonesia, kami menganggap bahwa tidak hanya pembuktian eksperimen menggunakan Maggot ini saja namun diperlukan juga penetrasi pemisahan sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah, oleh karena itu kami memulai upaya ini sebagai solusi masalah sampah.
"Upaya kami ini akan menjadi serangkaian upaya untuk menambah solusi dalam rangka penyelesaian masalah sampah di Indonesia," ujarnya.
"Walaupun tidak dapat menyelesaikan semuanya, akan kami coba mengadopsi Best Practice yang diterapkan di dunia. Kami percaya bahwa upaya ini sejalan dengan konsep yang diperkenalkan oleh Ethical Living," pungkasnya.