Sebanyak 50 gajah di kawasan konservasi Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, selamat dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan, Aziz Abdul Latif mengatakan, kebakaran yang terjadi di di luar kawasan hutan itu hanya berjarak 1,5 kilometer dari kawasan konservasi Suaka Margasatwa Padang Sugihan. “Sejak kemarin (27/7/2021) api sudah bisa dikendalikan. Saat ini tinggal kepulan asap saja dan sedang dilakukan upaya pendinginan dari udara gunakan helikopter water bombing,” katanya. Sejak empat hari lalu, instansi terkait meliputi personel BPBD, BKSDA, Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera hingga Kelompok Masyarakat setempat berjibaku memadamkan Karhutla di Desa Rambai, Kecamatan Pangkalan Lampam. Pemadaman juga dilakukan menggunakan armada udara menggunakan helikopter pembom air oleh personel TNI AU. Gerak cepat ini dilakukan agar api tidak masuk ke kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan yang berisikan 50 ekor gajah. Kawanan gajah tersebut dari sebanyak 31 ekor gajah konservasi dan 19 ekor gajah liar. Usia gajah berkisar antara 1 bulan hingga 40 tahun. Gajah ini umumnya diselamatkan dari konflik dengan warga yang berasal dari Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin hingga Lampung. Dalam perkembangannya, sejak ditempatkan di SM Padang Sugihan, puluhan gajah ini dapat berkembang biak dengan baik sehingga terjadi sejumlah kelahiran. Gajah ini juga kerap dimanfaatkan untuk menyelesaikan konflik lahan, yakni menggiring gajah liar kembali ke habitatnya atau menjauh dari pemukiman warga. Walau lokasi kebakaran yang terjadi ini bukan jalur jelajah gajah namun dengan cuaca yang sangat kering maka api dikhawatirkan bakal membesar dan tak terkendali. Kondisi genting ini sebenarnya juga terjadi pada beberapa bulan lalu, malahan lokasinya merupakan titik pelewatan kumpulan gajah. Oleh karena itu penanganan karhutla di OKI ini menjadi perhatian serius, bukan saja untuk menyelamatkan nyawa manusia tapi juga karena di daerah ini terdapat kawasan hutan konservasi. Menurut Aziz, akibat karhutla akan berdampak buruk bagi kehidupan satwa di SM Padang Sugihan, terutama pada kelestarian gajah, mulai dari terjadinya fermentasi habitat, kehilangan pakan alami, hingga ancaman kematian. “Kami terus memantau perkembangan setiap waktu, apalagi di saat puncak kemarau ini,” katanya. Jika terjadi keadaan darurat menjadi mustahil untuk mengevakuasi kumpulan gajah ini dengan cepat. Langkah yang paling mungkin dilakukan, hanya mengarahkannya ke sumber air yakni ke Sungai Air Padang, kata Aziz, dikutip dari Antara. Sementara itu, Sumatera Selatan meningkatkan kewaspadaan terhadap karhutla seiring dengan daerah ini memasuki puncak kemarau terhitung Agustus-Oktober 2021. Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan Ansori mengatakan institusinya telah meminta ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk penambahan enam helikopter pengeboman air. Saat ini Sumatera Selatan hanya menyiagakan lima unit helikopter pembom air untuk menanggulangi karhutla di 10 daerah yang ditetapkan berstatus siaga darurat. “Sementara ini 134 kali upaya penyiraman menggunakan pesawat water bombing untuk memadamkan karhutla di tiga kabupaten, seperti Banyuasin, Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir," ujar dia. Dalam kurun waktu itu, pada pekan lalu sedikitnya 4,5 hektare lahan terbakar di Desa Ibul Besar, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Lalu, belasan hektare lahan terbakar di Kecamatan Pangkalan Lampam dan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Minggu (25/7/2021).
Suaka Margasatwa Padang Sugihan Terbakar, 50 Gajah Berhasil Selamat
Rabu, 28 Juli 2021 - 14:10 WIB
Baca Juga :