Mantan Menhan Australia Peringatkan Potensi Perang di Asia Pasifik dengan China

tentara china reuters (Foto : )

Mantan Menteri Pertahanan Australia peringatkan potensi perang di kawasan Asia Pasifik dengan China kian menguat.  Dalam pidatonya di Universitas Adelaide, Menteri Pertahanan Australia Christoper Pyne memaparkan potensi perang terbuka di kawasan Asia Pasifik yang melibatkan China. Pyne juga menyebut, China tidak "sejinak" dulu lagi dan Taiwan sebagai daerah konflik selanjutnya.  Kondisi ini membuat khawatir Amerika Serikat dan sekutunya.

"Kenyataannya, China percaya diri dan mampu, juga tidak malu menunjukannya," ujar Christopher memperingatkan para mahasiswa.

Oleh karena itu Pyne mengatakan, kemungkinan terjadinya perang di kawasan Indo-Pasifik saat ini lebih besar dibandingkan saat ia masih menjabat menteri.

"Lima tahun lalu saya bisa mengatakan kemungkinan [terjadinya perang] kecil sekali, sekarang saya terpaksa mengatakan kemungkinannya lebih besar dari waktu itu," katanya.

"Bukan perang dunia maya, tapi perang sesungguhnya yang menjatuhkan korban jiwa, menghancurkan pertahanan militer, dengan berhadapannya penyerang dan yang diserang. Ini bukan hanya perkataan, tapi adalah sesuatu yang saya dan Anda mungkin akan hadapi lima hingga 10 tahun ke depan," paparnya lagi. Menurutnya, meski Amerika Serikat masih menjadi negara dengan anggaran militer terbesar di dunia, anggaran militer negeri tirai bambu itu juga terus meningkat.

"Pasukan militer China sangat siap menghadapi perang asimetri dengan Amerika dan sekutunya di kawasan barat dan tenggara Asia. Australia adalah salah satu sekutunya," katanya.

Dalam pidatonya, Christopher juga menyebutkan tindakan yang dilakukan China belakangan ini untuk mendukung argumennya tentang ancaman yang semakin darurat dari militer China. Pyne menilai, militer China cukup kuat untuk menguasai Laut China Selatan. Padahal di masa pemerintahan Presiden Barack Obama, Beijing pernah berjanji tak akan menjadikan wilayah batu karang dan beting sebagai wilayah militer. (Tapi mereka) tetap saja melakukan," katanya.

ABC Indonesia