www.antvklik.com - Anjungan dan Taman asitektur tradisional Indonesia kini dapat ditemukan di Ukraina, tepatnya di Gryshko National Botanical Garden, Kyiv. Ditanggal 9 Oktober 2017 lalu, atau tepat 67 hari sejak pemancangan fondasi pembangunan, Anjungan dan Taman Indonesia tersebut telah dinyatakan selesai. Bersamaan hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2017, Anjungan dan Taman Indonesia di Gryshko National Botanical Garden, Kyiv resmi diluncurkan untuk umum.
Dengan disaksikan oleh Direkturnya, Dr. Biol.Natalia V. Zaimenko dan Imam Masjid Al Raid, Kyiv dr Ismail Kady serta masyarakat Indonesia di Kyiv, Dubes RI Untuk Ukraina, Georgia dan Armenia, Yuddy Chrisnandy melakukan pengguntingan pita tanda peresmian Anjungan dan Taman Indonesia di kota Kyiv.
Taman Botani Kyiv atau dikenal dengan M.M. Gryshko National Botanical Garden (BG), lokasi Anjungan dan Taman Indonesia didirikan, adalah kebun raya botani terluas di Ukraina dan salah satu yang terbesar di Eropa Timur yang berdiri pada tahun 1936 di lahan seluas 130 hektar. Dubes RI di Kyiv, Prof. Yuddy Chrisnandi mengatakan tujuan pembangunan anjungan dan taman Indonesia adalah untuk meningkatkan hubungan persahabatan Indonesia dan Ukraina.
Anjungan dan Taman Indonesia bermanfaat untuk promosi budaya dan pengenalan Indonesia kepada masyarakat Ukraina secara permanen. Ia hanya melanjutkan apa yang sudah dirintis Duta Besar sebelumnya. Tugas dirinya, lanjut Yuddy, adalah menjaga kesinambungan keberhasilan kegiatan diplomatik. Ia mengungkapkan, “Saat hari pertama ditugaskan Presiden Joko Widodo menjadi Dubes 21 April 2017, yang diperhatikan adalah bagaimana Duta Besar sebelumnya melaksanakan berbagai hal yang sudah dirintis sebelumnya. Lalu ditanyakan kepada para staf hal apa yang sudah direncanakan namun belum terlaksana, Lalu apa yang sudah dilaksanakan, namun perlu ditingkatkan? Setidaknya semua capaian-capaian yang baik itu bisa dipertahankan.
Diantaranya adalah laporan bahwa KBRI Kyiv sejak 10 tahun lalu memiliki program untuk membangun Anjungan dan Taman Indonesia di Gryshko National Botanical Garden yang memiliki lahan sebesar 130 Ha. Beberapa bagian dari kebun raya tersebut diberikan kepada Kedutaan-Kedutaan Besar (di Kyiv) yang ingin membangun legacy untuk masyarakat Ukraina.
Dengan memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemerintah Ukraina KBRI Kyiv mendapatkan area 0,5 hektar sebagai lahan anjungan dan taman Indonesia di Botanical Garden tersebut.
Disamping Gryshko National Botanical Garden, tiga tahun lalu juga ditawarkan oleh pengelola sebuah Taman Rekreasi Miniatur Ukraina (Ukraine in Miniature Park). Oleh pengelola, lanjut Yuddy, Indonesia diberikan kesempatan untuk membangun miniatur khas Indonesia.
Setelah melakukan survey, ternyata memang lokasi tersebut banyak dikunjungi oleh turis khususnya anak-anak sekolah pada saat berlibur. Terutama untuk pelajaran mengenal arsitektur bangunan-bangunan yang ada di Ukraina dan dunia.
Dubes Yuddy mengungkapkan awal terwujudnya Anjungan dan Taman Indonesia di Gryshko National Botanical Garden dan Anjungan Indonesia di Taman Rekreasi Miniatur Ukraina.
Namun, ia meyakini bahwa jika tujuannya baik, yakni membuat sebuah warisan (legacy) persahabatan kedua bangsa maka semua akan terwujud. Lalu segera dirinya mengorganisasikan upaya pembangunan, baik di Botanical Garden maupun di Miniature Park, diberdayakan secara gotong-royong. Alhamdulillah, ujar Yuddy, sambutan masyarakat sangat baik, untuk bersedia bersama-sama mewujudkan Anjungan dan Taman tradisional dan anjungan Indonesia tersebut.
Dan kini, baik Anjungan dan Taman Indonesia maupun Anjungan Indonesia di kota Kyiv telah terbangun secara permanen di kota Kyiv. Masyarakat Eropa Timur, khususnya warga kota Kyiv dapat menikmati dan mengenal Kebudayaan Indonesia dalam jangka panjang. Dengan memiliki situs budaya Indonesia di Ukraina orang selalu mengenang dan ingin tahu lebih jauh tentang Indonesia. Kita juga tidak perlu mengeluarkan biaya promosi yang terus menerus.
Pada tanggal 28 Oktober 2017 dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, akan diadakan soft launching pembukaan Anjungan dan Taman Indonesia di Gryshko National Botanical Garden. Sedang, Taman Rekreasi Miniatur Ukraina (Ukraine in Miniature Park) peresmiannya akan dilakukan tanggal 10 November bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
KBRI akan mengundang Pejabat Ukraina dan masyarakat Indonesia di Ukraina dan warga kota Kyiv untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Untuk Grand Launching, rencananya akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo medio tahun depan saat rencana kunjungan ke Ukraina, ujar Mantan Menteri PAN dan RB tersebut.
Tantangan Mewujudkan Anjungan dan Taman Indonesia di Ukraina
[caption id="attachment_44183" align="alignleft" width="384"]
Ketika ditanya tantangannya, Dubes Yuddy mengungkapkan bahwa yang utama adalah idenya. Yang kedua, lanjut Yuddy adalah memotivasi semua orang bahwa ini harus terwujud. Yang ketiga yang tidak kalah berat adalah menyiapkan pendanaannya. Lalu, yang keempat adalah membangun organisasi pendukung untuk suksesnya kegiatan ini. Dan yang kelima adalah menyiapkan SDM, menentukan dan memilih SDM mana yang mengerjakannya.
Nah, setelah itu membentuk tim. Jadi yang penting uangnya ada orangnya ada kan sudah jalan semuanya, imbuh Yuddy.
Yuddy mengatakan untuk membuat situs budaya Indonesia itu diperlukan sentuhan dan keahlian dari karya seniman budaya kita. Sehebat-hebatnya ahli kesenian, bangunan atau patung dari Ukraina, tentu tidak bisa menjiwai seni budaya dari bangsa Indonesia.
Oleh karena itu untuk membuat sebuah situs budaya Indonesia harus didatangkan seniman Indonesia. Untuk membangun sebuah situs kebudayaan Indonesia di luas lahan yang untuk dibangun seluas 5000 meter persegi dihamparan sekitar satu hektar, itu tantangan yang paling berat. Apakah ada yang bisa diminta bantuan untuk datang, merencanakan dan kemudian mengerjakan (Anjungan dan Taman) itu.
Tantangan berikutnya lanjut Yuddy, di lokasi itu harus dibangun bangunan yang menjadi khas Indonesia. Perbedaannya harus tampak baik dari warnanya, dari atapnya dan arsitekturnya. Jika pengunjung saat ini melihat arsitektur Anjungan dan Taman Indonesia, mereka akan menyadari bahwa ini pasti bukan bangunan Eropa, ini bukan bangunan Ukraina ini pasti Asia.
Dan ketika pengunjung menyadari itu Indonesia maka dia akan menemukan pengetahuan budaya tradisional Indonesia. Beruntung, ungkap Yuddy, dirinya dibantu oleh seorang arsitek bangunan Sunda, Jatnika Nanggamiharja atau dikenal dengan Ki Jatnika, dari Yayasan bambu Indonesia, Cibinong. Ia bersedia datang ke Kyiv pada 9 hingga 11 Juni 2017 lalu dengan timnya.
Ki Djatnika kemudian merancang rumah arsitektur Sunda yang juga menjadi prototype dengan arsitektur Jawa baik itu jawa tengah, jawa timur, Jogjakarta dan juga beberapa daerah lainnya.Lebih dari itu, ujar Yuddy, ia membantu mengerahkan 3 orang seniman yang merangkap “tukang” dari Yayasan Bambu Indonesia untuk mendesain sekaligus membangun Anjungan dan Taman tersebut.
Ketiga orang ini, Hikmatullah atau Mang Ujang, Aden Soma alias Mang Aden dan Yudi wahyudi alias Mang Yudi yang menuntaskan pembangunannya, yang tentu dibantu oleh berbagai pihak. Tim KBRI Kyiv, lanjut Yuddy, tinggal mengawasi dan memastikan mana yang bisa dikerjakan oleh orang Ukraina, dan mana bagian yang hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang Indonesia.
Mengingat Ukraina mempunyai musim dingin yang ekstrim, maka waktu pembangunan dibatasi hanya 3 bulan.
Tentu saja, ini menjadi kendala dan tantangan yang luar biasa. Terlebih kultur dan Bahasa yang berbeda antara para pekerja yang mengerjakan kegiatan tersebut. Namun atas dukungan semua pihak termasuk pemerintah Ukraina, semua bisa diatasi dengan baik.
KBRI hanya memfasilitasi keberangkatan, tempat tinggal dan logistik termasuk jaket tahan salju, makanan dan peralatan. Namun karena semuanya dikerjakan dengan gotong royong dan tulus, maka semua kendala dapat diatasi dan saat ini pekerjaan Anjungan dan Taman Indonesia telah tuntas. Para seniman yang merangkap tukang tersebut, telah selamat kembali ke tanah air, setelah 67 hari menuntaskan pekerjaan mereka membangun Anjungan dan Taman Indonesia di Kyiv, Ukraina, tutup Yuddy Chrisnandi.