Akibat hujan deras seharian, banjir lahar dingin bercampur asap letusan erupi Gunung Semeru menerjang Sungai Curah Kobokan, di Lumajang, Jawa timur. Untuk menghindari jatuhnya korban jiwa, tiga alat berat yang sedang beraktivitas langsung meninggalkan lokasi tambang. Tiga alat berat yang tengah membuat tanggul darurat, langsung dilarikan ke tepian Sungai Bondeli di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, sesaat mendengar informasi banjir lahar dingin Semeru tiba-tiba menerjang.[caption id="attachment_419878" align="alignnone" width="900"] Alat berat yang sedang membuat tanggul di Sungai Curah Kobokan dipindahkan, karena ada terjangan banjir lahar dingin (Foto: ANTV/ M. Syahwan)[/caption]Sementara itu, sejumlah warga dan relawan juga bergegas ke tepi Sungai Curah Kobokan, untuk memastikan aliran lahar tak meluap ke pemukiman penduduk. Menurut relawan, banjir lahar dingin Semeru kali ini tergolong besar, sebab ada dua aliran baru yang terbentuk dan menyatu dengan dua aliran lainya, sehingga debit air langsung meningkat.Disamping itu, letusan sekunder juga terus terjadi, di sejumlah titik sisa endapan erupsi Semeru yang masih panas. sehingga menimbulkan asap bercampur abu vulkanik yang sangat pekat, terlihat membumbung tinggi di sepanjang sungai curah kobokan.“ Ada empat titik lokasi aliran banjir lahar dingin yang berbahaya. Material yang terbawa banjir ini adalah sisa magma yang membeku. Akibat curah hujan yang tinggi, sisa magma itu pecah dan terbawa aliran. Yang berbahaya dan harus dihindari asapnya yang berbau belerang, “ ujar relawan kebencanaan bernama Nanang.Berkat kesigapan petugas dan relawan di lapangan, sampai saat ini tidak ada informasi adanya korban maupun kendaraan tambang yang terjebak. Namun potensi banjir lahar dingin cukup besar, seiring tingginya curah hujan di puncak Mahameru.Sementara itu, status Gunung Semeru tetap waspada atau level 2, dihimbau warga dan penambang pasir dilarang beraktivitas 4 kilometer dari atas kawah aktif, karena ancaman primer yakni guguran lava juga masih terjadi. Selain bahaya sekunder berupa banjir lahar dingin susulan yang lebih besar bisa kembali menerjang.Muhammad Syahwan | Lumajang, Jawa Timur