Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan sanksi Amerika terhadap Turki karena membeli sistem pertahanan udara Rusia sebagai upaya untuk menghalangi industri pertahanan negaranya yang sedang meningkat pesat. Diberitakan VOA Indonesia, dalam pidato yang disampaikan saat peresmian sebuah jalan bebas hambatan di Turki, hari Rabu (16/12/2020), Erdogan mengatakan sanksi itu justru akan meningkatkan tekad pemerintahnya untuk membuat industri pertahanan Turki menjadi lebih kuat dan lebih mandiri.Sanksi Amerika, yang diberlakukan Senin lalu (14/12) karena Turki membeli sistem pertahanan udara cangih Rusia S-400, merupakan bagian dari undang-undang di Amerika yang dikenal sebagai CAATSA, yang bertujuan menekan pengaruh Rusia di dunia.[caption id="attachment_415119" align="alignnone" width="600"] Sistem pertahanan udara cangih Rusia S-400 yang dibeli oleh Turki dari Rusia (Foto: VOA Indonesia/AP)[/caption]Baru untuk pertama kalinya undang-undang ini digunakan untuk menghukum sekutu Amerika. Erdogan mengutuk sanksi tersebut.“Sejak tahun 2017 saya sudah menyatakan dengan sangat jelas bahwa dalam isu CAATSA, tidak ada negara lain yang pernah dikenai sanksi berdasarkan CAATSA selain Turki. Sebagai anggota NATO, sanksi itu diberlakukan pada negara kita untuk pertama kalinya. Aliansi apa ini? Keputusan ini merupakan serangan terbuka terhadap hak-hak berdaulat negara kami," tandasnya.Sanksi itu menarget Industri Pertahanan Kepresidenan Turki, Ismail Demir dan tiga pejabat senior lainnya. Sanksi itu memblokir aset apapun yang dimiliki keempat pejabat itu dalam yurisdiksi Amerika dan melarang mereka memasuki Amerika. Sanksi itu juga mencakup larangan sebagian besar ijin ekspor, pinjaman dan kredit ke badan tersebut.Erdogan mengatakan, “Tujuan sesungguhnya sanksi itu adalah untuk memblokir kemajuan yang sudah kita capai akhir-akhir ini dalam industri pertahanan dan menjadikan kita benar-benar tergantung pada Amerika.” Ditambahkannya, “jika bukan karena isu S-400, Amerika akan menggunakan isu-isu lain.”[caption id="attachment_415120" align="alignnone" width="600"] Bagian dari misil sistem pertahanan buatan Rusia, S-400, yang dibeli Turki, diturunkan dari pesawat Rusia (Foto: VOA Indonesia/AP)[/caption]Erdogan mengatakan “apa yang akan terjadi sekarang? Kami akan bekerja dua kali lebih keras dibanding sebelumnya untuk menjadikan semua aspek industri pertahanan kami mandiri dan mempercepat proyek-proyek yang dilakukan oleh Industri Pertahanan Kepresidenan Turki. Kami akan memberikan dukungan yang bahkan jauh lebih besar bagi perusahaan-perusahaan industri pertahanan kami.”Amerika sebelumnya mengeluarkan Turki dari program pesawat tempur jet siluman F35, dengan alasan menggunakan pesawat jet itu dengan teknologi Rusia akan mengacaukan keamanan pesawat jet tempur tersebut. Washington juga mengatakan sistem Rusia tidak akan dapat dioperasikan dengan sistem NATO.Turki bersikeras bahwa teknologi Rusia tidak menimbulkan risiko terhadap sistem NATO karena tidak akan diintegrasikan dalam strategi pertahanan yang melibatkan S-400.Erdogan hari Senin menggarisbawahi posisi Turki bahwa pihaknya tidak ditawari sistem pertahanan udara Amerika – yang dikenal sebagai Patriot – sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain membeli sistem pertahanan udara Rusia demi keamanan nasionalnya.Amerika mengatakan pembicaraan tentang potensi kesepakatan pembelian Patriot itu gagal karena desakan Turki untuk memberikan hak transfer teknologi sehingga akhirnya dapat membuat negara itu memproduksi rudal sendiri. Ini bertentangan dengan kepentingan kepatutan pepabrikan Amerika, selain karena faktor keprihatinan keamanan nasional.Turki menerima pengiriman sistem pertahanan udara canggih Rusia S-400 pada musim panas 2019 dan melakukan pengujian untuk pertama kalinya Oktober lalu. VOA Indonesia