Dua pekan pasca erupsi, aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif, di Lumajang, Jawa Timur. Untuk mengantisipasi ancaman bahaya sekunder atau potensi banjir lahar dingin, masa tanggap darurat penanganan bencana Semeru diperpanjang hingga satu minggu ke depan. Dari pantauan pertugas di Pos Sawur, luncuran guguran lava pijar masih terus terjadi, dari Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo Lumajang, Jawa Timur, cenderung mengarah ke sisi Tenggara atau Sungai Curah Kobokan.[caption id="attachment_414199" align="alignnone" width="900"] Aktivitas warga di kaki Gunung Semeru (Foto: ANTV/ M. Syahwan)[/caption]Meski demikian, jarak luncur guguran ini relatif aman, dari pemukiman warga terdekat, berjarak kurang lebih 9 kilometer dari puncak kawah aktif, sebuah kawasan rawan bencana di sisi Selatan Gunung Semeru.Kepala BPBD Lumajang, Agus Triono mengatakan, berdasarkan hasil koordinasi dengan Badan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, akibat tingginya ancaman bahaya sekunder semeru berupa banjir lahar dingin, akhirnya masa tanggap darurat penanganan bencana gunung semeru diperpanjang, hingga tujuh hari atau sepekan kedepan.Sementara warga dan penambang pasir dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati, terutama saat beraktivitas di sepanjang aliran lahar Sungai Curah Kobokan. Sebab endapan material erupsi suhunya masih tinggi, sehingga ancaman banjir lahar dingin dan lahar panas sangat berbahaya, seiring tingginya curah hujan di puncak mahameru.Berdasarkan data seismograf Pos Sawur pada Selasa pagi(15/12/2020) telah terjadi 4 kali letusan, 2 kali guguran dan 4 kali tremor harmonik, dalam kurun waktu 6 jam terakhir, sejak pukul 00.00 sampai 06.00 wib. Dalam status gunung Semeru waspada level dua ini, warga dilarang beraktivitas di radius 4 kilometer dari puncak kawah, karena masuk zona rawan bahaya.Muhammad Syahwan | Lumajang, Jawa Timur