Luhut menambahkan merujuk pada investasi, Indonesia saat ini sedang fokus di beberapa sektor, diantaranya sektor kesehatan, dengan tujuan meningkatkan otonomi kesehatan dan hilirisasi SDA, dengan tujuan untuk meningkatkan kompleksitas ekspor Indonesia serta menurunkan ketergantungan ke harga-harga bahan mentah.Pengembangan baterai lithium, untuk memanfaatkan mineral yang kaya akan nikel dan kobalt, dua komponen utama baterai EV, Infrastruktur, untuk meningkatkan konektivitas maritim, Menurunkan emisi karbon, agar energi baru terbarukan, transport berbasis listrik, proyek-proyek RED++, dan lain-lain.Berbicara soal perkembangan yang berkaitan dengan nikel, Indonesia memiliki dua cara untuk mengembangkan komponen baterai, yaitu melalui Limonite dan Saporite yang sedang dikerjakan oleh tim dan investor dari China. Pipeline proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) juga sudah berkembang, dan diproses oleh PT Vale Indonesia, PT Huayue, PT QMB, dan PT Halmahera Persada Lygend. Untuk ketersediaan SDM juga sudah memadai dan cukup untuk terlibat dalam mega proyek besar. Kerjasama dengan Institusi pendukung seperti Politeknik Industri Logam di Morowali juga sudah berjalan dengan baik.“Indonesia sedang menjalankan hilirisasi industri, seperti dari nikel, bauksit, tembaga, alumunium, dan zink. Hal ini akan sangat menggugah Indonesia untuk membuat roadmate hilirisasi industri, khususnya industri metal, jadi nantinya indonesia bisa memproduksi material lithium baterai, mobil, motor , dan baterai lithium itu sendiri,” jelas staf Jona dalam penambahanan singkatnya, yang diamini oleh Luhut.
Turunkan Ketergantungan Bahan Baku, Indonesia Sudah Masuki Hilirisasi Nikel
Sabtu, 28 November 2020 - 09:45 WIB
Baca Juga :