Tiga Hari Terakhir Ada Empat Kapal Tenggelam di Laut Mediterania, 110 Tewas

kapal terbalik reuters (Foto : )

Sebanyak empat kapal tenggelam di Laut Mediterania dalam kurun tiga hari terakhir. Sedikitnya 110 imigran tewas dalam kejadian tersebut.   Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Kamis (12/11/2020) menyebut, sedikitnya 74 imigran tewas dalam kecelakaan kapal di lepas pantai Libya.IOM mengatakan penjaga pantai dan nelayan Libya menyelamatkan 47 orang dan membawa mereka ke daratan.Kapal itu mengangkut lebih dari 120 imigran, termasuk anak-anak, ketika terbalik di lepas pantai Libya.Sementara lembaga kemanusiaan Dokter Tanpa Batas (MSF) merawat tiga perempuan, penumpang kapal lainnya yang tenggelam di lepas pantai Sorman, Libya. Diperkirakan ada 20 orang yang tewas dalam kejadian itu.Pada Rabu (11/11/2020) juga ada enam orang yang tewas akibat kapal yang membawa lebih dari 100 imigran terbalik di lepas pantai Libya. Di antara korban tewas terdapat seorang bayi berusia enam bulan.Tercatat ada empat kapal imigran yang terbalik dalam kurun tiga hari terakhir di Laut Mediterania. Sementara total korban tewas sedikitnya mencapai 110 orang.Para imigran gelap memanfaatkan cuaca yang bagus untuk menyeberang ke daratan Eropa pada pekan-pekan ini. Namun perjalanan untuk mengubah hidup mereka malah berakhir tragis."Ini adalah pembantaian di perbatasan Eropa, apalagi yang dapat kita katakan? Kita telah menyerukan perubahan radikal dalam beberapa tahun terakhir dan kematian terus berlanjut," kata seorang juru bicara lembaga Alarm Phone, yang mengurus masalah imigran.

Ada 900 Imigran Tenggelam

Sementara IOM mencatat, sepanjang 2020, setidaknya 900 imigran yang tenggelam saat hendak menyeberang ke Eropa.Sebanyak 11 ribu lainnya telah dicegat di lautan dan dikembalikan ke Libya, di mana para imigran sering ditahan, dilecehkan, dieksploitasi dan menjadi korban perdagangan manusia.Selain IOM, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi telah memperingatkan Libya bukanlah pelabuhan pemulangan yang aman. Oleh karena itu para imigran seharusnya tidak dipulangkan ke sana.Sejak pemberontakan 2011 yang mengakibatkan kematian pemimpin Libya Moammar Gadhafi, negara itu telah menjadi titik transit utama bagi para imigran dari Afrika dan Timur Tengah yang hendak ke Eropa.Penyelundup sering menjejalkan para imigran ke dalam perahu karet yang tidak memadai dan terkadang menghadapi masalah navigasi di sepanjang rute Laut Mediterania yang berbahaya. VOA Indonesia, The Guardian