Candi Gedong Songo berada di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Nama Gedong Songo merujuk pada jumlah candi saat ditemukan oleh para peneliti pada abad ke 18 dan 19. Ada kisah misteri pada sejarahnya yang dibalut indahnya panorama pegunungan.
Melansir situs cagar budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang pertama menemukan cecandian Gedong Songo adalah Loten pada tahun 1740 lalu dilaporkan kepada Thomas Rafles pada tahun 1804.
Awalnya ada tujuh bangunan candi dan reruntuhan sehingga pada waktu itu sempat diberi nama Candi Gedong Pitu.
Kemudian pada tahun 1908 dan 1911 arkeolog Belanda bernama Van Stein Callenfels dan Knebel melakukan penelitian di kompleks ini dan menemukan dua candi lainnya, sehingga jumlahnya sembilan. Maka oleh warga setempat disebut Candi Gedong Songo yang artinya Candi yang berjumlah sembilan.
[caption id="attachment_397265" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pemerintah Indonesia pada tahun 1972 hingga 1982 melakukan pemugaran. Hasilnya hanya lima yang masih berdiri dalam bentuk kompleks candi yang utuh. Sedang yang empat lainnya berupa reruntuhan.
Seluruh candi memiliki bentuk khas Candi Hindu yang mengerucut ke atas. Ketinggian candi antara empat hingga lima meter. Candi-candi tersebut dihiasi relief sulur dan pahatan bunga atau padam si sekeliling candi.
[caption id="attachment_397260" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Beberapa lainnya juga ada relief dewa yang dipuja oleh Agama Hindu. Dari temuan itu, para ahli purbakala meyakini kalau dulu Candi Gedong Songo merupakan tempat ibadah dan pemujaan.
[caption id="attachment_397263" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pada saat ini, pada hari tertentu seperti hari raya Hindu, Gedong Songo masih dipakai untuk ibadah.
Di hari biasa dan hari libur Gedong Songo terbuka untuk pariwisata. Tiketnya Rp8 ribu pada hari biasa dan Rp10 ribu pada akhir pekan.
"Pagi-pagi jam delapan sudah buka. Lewat loket saja, nanti petugas akan melayani penjualan tiket serta pemeriksaan suhu badan serta wisatawan harus menerapkan protokol kesehatan dan memakai masker," kata salah satu petugas loket.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencatat, pembangunan Candi Gedong Songo diperkirakan pada abad ke 7 hingga 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya penguasa Kerajaan Mataram Kuno waktu itu.
Dari bentuk dan ukurannya, Candi Gedong Songo diyakini satu jaman dengan Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng.
[caption id="attachment_397266" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Masing-masing kompleks candi terpencar di antara bukit-bukit yang ada di lereng selatan Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dimulai dari Gedong Satu di bagian bawah hingga Gedong Lima di bukit paling atas. Gedong Enam sampai Gefong Sembilan tidak tertulis pada papan nama karena berupa reruntuhan.
Akses ke kompleks Candi Gedong Songo bisa dari Kota Semarang maupun Ambarawa, sekira satu jam berkendara. Mobil maupun sepeda motor bisa parkir seratus meter dari kompleks candi paling bawah.
Untuk sampai ke masing-masing candi harus jalan kaki atau naik kuda. Jaraknya total sekitar 2,5 kilometer naik turun. Cukup menguras tenaga memang. Tapi semua terbayar dengan perpaduan alam pegunungan dengan bangunan peninggalan masa lalu.
"Kalau naik kuda tarifnya Rp100 ribu PP. Pos persewaan kuda ada di sebelah barat pintu gerbang. Jalur kuda dengan jalur pejalan kaki dibuat sendiri - sendiri sehingga jalur pejalan kaki tidak tercemar kotoran kuda," kata Pak No pemilik kuda.
Waktu paling bagus datang ke Candi Gedong Songo itu pagi atau sore, karena selain lebih segar, panoramanya juga lebih variatif karena sesekali diselimuti kabut.
Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah